Beberapa benda tak lazim terpajang di dalam lemari-lemari kaca yang berjejer rapi di sepanjang ruangan. Laquita nyaris terpekik saat melihat tengkorak kepala manusia---dengan sederetan gigi masih utuh, mengisi salah satu lemari di sudut sebelah kiri. Sedang pada deret lemari kaca di sebelah kanan, tumpukan tulang belulang kering, diletakkan begitu saja semirip onggokan kayu yang siap dimasukkan ke dalam pediangan.
Laquita merapatkan tubuhnya yang tiba-tiba menggigil.
"Je, tempat apa ini?" ia hampir saja bertanya begitu, kalau saja tidak keburu melihat salah satu lemari yang berada di hadapannya tiba-tiba saja menukik, seolah hendak menimpanya.
Laquita melompat mundur.
Tapi kemudian ia menarik napas lega. Ternyata tidak terjadi apa-apa. Lemari itu sama sekali tidak menimpanya. Benda terbuat dari kaca itu kembali ke posisi semula. Bergeser perlahan ke arah kiri disertai bunyi mendecit yang aneh.
Dan yang terlihat kemudian sebuah lubang besar menganga di tempat lemari kaca tadi berdiri. Laquita membelakkan mata.
Ruang bawah tanah!
Tampak pula anak tangga menurun terbuat dari papan kayu yang di tengah-tengahnya tertutup kain beludru berwarna merah marun.
Jeremy menggamit lengan Laquita---lebih tepatnya menyeret gadis itu agar bergegas mengikutinya, sebelum lemari kaca yang tadi bergeser kembali ke tempatnya semula.
"Je, tempat apa-an ini?" Laquita tidak mampu lagi menahan diri untuk tidak bertanya.
Dan seperti sebelumnya. Pria bertopeng itu tidak menyahut. Masih bungkam.