Kevin mengangguk.
"Kita bisa menginap di Villa milik Papaku."
"Menginap? Pasti tidak akan mendapat izin dari Mama," aku cemberut.
"Kalau begitu kita berangkat pagi, sore pulang," Kevin tersenyum. Seketika mataku berbinar. Duh, Kevin memang cowok yang penuh pengertian.
Begitu Kevin pulang, aku menyampaikan rencana kami kepada Mama. Kelihatannya Mama kurang setuju.
 "Mama sudah berjanji. Selama Slamet berada di sini, kita yang akan mengantarnya jalan-jalan."
"Kok Mama perhatian banget sama dia, sih? Dia kan bisa jalan-jalan sendiri," protesku kesal. Beberapa saat Mama terdiam. Lalu dengan berat hati mengangguk. "Baiklah, Intan boleh pergi, tapi jangan pulang terlalu malam."
 "Thanks, Ma," aku menarik napas lega.
***
Seharian itu kami menikmati suasana liburan di puncak, bersantai ria di dalam Villa milik Papa Kevin. Kevin dan kedua orang temannya asyik bermain billiard di ruang atas. Sementara aku dan kedua temanku, Safa dan Fina hanya duduk-duduk menikmati tayangan televisi.
"Kalian nggak pingin renang?" Kevin muncul menuruni anak tangga.