"Ni, kau bertahanlah. Kuatkan dirimu. Liburan yang akan datang anakmu akan berkunjung ke mari lagi," laki-laki itu berusaha menghibur.
"Bli, aku kira umurku tidak akan sampai. Tapi aku senang, sudah diberi kesempatan bertemu anakku."
"Ni."
"Terima kasih, Bli. Kau tidak memberi tahu penyakitku yang sebenarnya. Anak itu bisa gusar dan kecewa jika tahu Ibunya mengidap penyakit memalukan itu...."
"Ni...."
"Bli, kelak jika mereka datang menemuiku, katakan aku sangat menyayangi keduanya. Pieter cinta sejatiku, Jansen permata hatiku. Berjanjilah untuk mengatakannya, ya, Bli..."Â napas perempuan itu mulai tersengal.
"Ni, aku pasti akan mengatakannya. Sekarang kau beristirahatlah."
"Bli..." perempuan itu tersenyum samar. Pandangannya mulai kabur. Ia hanya bisa melihat kabut berwarna putih berputar-putar di sekitarnya. Lalu kabut itu secara perlahan mengangkat tubuhnya yang ringkih.
Ia menggigil. Sejenak.
Lalu semua diam.
***