Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Novel | Jejak Sang Penari [15] Tamat

17 Agustus 2017   12:08 Diperbarui: 23 Agustus 2017   18:12 2189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
imgrum.org/user/christianwalpole

Aku mengangguk.

"Ini tentang cinta bertepuk sebelah tangan, Jansen. Pieter dan Julian adalah teman baik. Mereka berangkat dari Amsterdam berdua menuju Indonesia," Bapa Made mulai bertutur. 

"Julian jatuh cinta kepada Ni Kadek, sama seperti Pieter. Tapi Ni Kadek lebih memilih Pieter. Ia menolak cinta Julian--- secara baik-baik.

Tapi penolakan Ni Kadek membuat Julian menyimpan dendam terhadap Pieter. Julian kembali ke Amsterdam dengan hati yang terluka. Apalagi saat mengetahui Ni Kadek dan Pieter akhirnya menikah.

Suatu hari, ketika itu umurmu baru menginjak lima tahun, Julian datang berkunjung ke Bali menemui Pieter. Entah apa yang dikatakan laki-laki itu sehingga Pieter tampak sangat marah terhadap Ni Kadek Resti. Pieter lantas memutuskan untuk membawamu pergi ke Amsterdam meninggalkan Bali.

Ni Kadek sangat bingung dan terkejut mendengar keputusan Pieter. Dia sangat menyayangi kalian. Apalagi terhadapmu, Jansen. Sejak kecil kau itu sering sakit-sakitan. Kau menderita sakit jantung bawaan sejak lahir. Tentu saja Ni Kadek berusaha agar Pieter berubah pikiran, tidak membawamu pergi.

Ni Kadek Resti datang mengadu kepadaku perihal kemarahan Pieter yang dianggapnya tidak beralasan. Pieter sama sekali tidak menyebutkan apa kesalahan yang telah diperbuat Kadek sehingga ia memutuskan membawamu pergi. Pieter hanya mengatakan, jika Kadek menyayangi Jansen dan dirinya, maka Ni Kadek harus ikut ke Amsterdam.

Tentu saja Ni Kadek menolak. Meski dalam hati ia sangat ingin. Ia tahu, keluarga besarnya tidak mungkin mengizinkannya pergi. Kadek tidak ingin semakin dikucilkan. Tapi Pieter tampaknya tersinggung dengan keputusan Ni Kadek.

Kala itu aku terlambat mencegah kepergian Pieter. Saat Ni Kadek mengadu padaku, ternyata Pieter sudah pergi. Maka kuputuskan untuk menyuratinya. Kutanyakan masalah mereka. Pieter tidak pernah membalas suratku. Tapi aku tidak menyerah. Kutemui Julian yang masih berkeliaran di Bali untuk mengorek keterangan darinya.

"Pieter itu pengecut! Ia layak menerimanya," tukas Julian saat kutemui di penginapannya.

"Apa maksudmu?" aku menatapnya tidak mengerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun