"Bapa, apa sudah bicara dengan Papi?"
"Sudah, Nak. Apa kau ingin bicara dengannya?"
Aku mengangguk. Tentu saja aku ingin bicara dengan Papi. Sangat ingin.
Bapa Made menyodorkan ponsel ke arahku. Tanganku sedikit gemetar.
"Papi, di sini mendung. Apakah Amsterdam juga?" ujarku begitu terhubung dengan Papi.
"Oh, Zoon, Papi mencemaskanmu. Bagaimana keadaanmu?" suara Papi tersendat. Aku tahu Papi tentu sangat mengkhawatirkanku.
"Maak je niet druk, Pi," aku berusaha menenangkannya. Ada jeda beberapa saat. Tapi kemudian terdengar suara Papi lagi.
"Papi baru saja memesan tiket untuk penerbangan ke Bali, Zoon."
"Benarkah?" mataku berbinar. Aku senang mendengar berita itu. Tapi pembicaraan tidak berlanjut lama, sebab suster sudah memberi kode dengan anggukan kecil.Â
"Papi, nanti Jansen telpon lagi, ya."
"Oke, Zoon...baik-baiklah kau di sana."