“Ayahmu pergi sejak subuh, Kris. Pamit ke...rumah bidadari.”
Mendengar itu kusingkap selimutku, turun dari ranjang dengan tergesa dan meraih sandal jepit yang berserak di kolong meja.Tanpa memedulikan teriakan Bibi Dora aku berlari keluar rumah.
Kudapati Ayah tengah berdiri termangu menatap buldoser-buldoser yang menggeram.
“Apa yang telah terjadi Ayah?”
“Penggusuran Kris,” Ayah berkata pelan. Aku berdiri di sampingnya.
“Oh, lalu dikemanakan mereka, para bidadari itu?”
“Mungkin dikembalikan ke kahyangan.”
Aku mengangguk. Ayah meraih kepalaku dan membenamkannya ke dalam pelukan.
“Semoga mereka betah dan baik-baik saja di tempat yang baru, ya, Kris. Termasuk Ibumu---salah satu penghuni rumah bidadari itu.”
***
Malang, 18 Mei 2017