“Mereka yang terlanjur datang ke sini, para lelaki, telah menjadi buta dan pikiran mereka lumpuh, tak ingat jalan pulang.”
“Oh, itu seperti yang dikatakan oleh Ayah dan Bibi Dora kepadaku.”
“Mereka berkata begitu?”
Aku mengangguk.
“Sekarang pulanglah, Nak. Ayah dan Bibimu akan marah jika tahu kau berada di sekitar wilayah...tidak bagus ini.”
Aku berdiri. Menatap lelaki paruh baya di sampingku itu sejenak. Lalu dengan sebuah anggukan kecil aku pamit, menyusuri kembali jalan menuju pulang.
***
Pagi baru saja merekah ketika suara Bibi Dora melengking membangunkan tidurku.
“Kris! Bergegaslah. Mumpung hari Minggu. Antarkan kardus-kardus dan botol bekas ini ke tukang loak. Timbangkan di sana. Mudah-mudahan pagi ini kau bisa membawa pulang uang yang cukup untuk membeli beras.”
Agak malas aku membuka mata.
“Kok sepi, Ayah ke mana, Bi?” tanyaku sembari menguap. Pandanganku menyapu sekeliling .