Mohon tunggu...
Lilik Fatimah Azzahra
Lilik Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Seorang ibu yang suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Maaf, Kuambil Kembali Mataku

29 April 2017   23:01 Diperbarui: 29 April 2017   23:37 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Roy, kita tidak tahu rencana Tuhan. Pertolongan bisa datang dari mana saja. Yang terpenting  jangan pernah putus asa dan terus berdoa,” Ibu pengasuh menepuk punggung tanganku dengan lembut. Memberiku semangat. 

Yah, kukira ia benar. Kita memang tidak pernah tahu apa rencana Tuhan. Jikalau pada akhirnya doa-doaku selama ini terkabulkan, itu sungguh merupakan mukzizat yang---sangat luar biasa.

Suatu siang, Ibu pengasuh memasuki kamarku dan mengabarkan berita baik itu kepadaku.

“Donor mata telah tersedia untukmu, Roy!” ia berseru riang. Dipeluknya aku dengan hangat. Dan siang itu juga ia membawaku menemui dokter spesialis mata yang selama ini memegang kasusku.

Dokterpun segera memutuskan untuk melakukan operasi pada keesokan harinya.

Terbalut suka cita yang membuncah, membuatku lupa menanyakan siapa malaikat yang telah merelakan sebelah mata kirinya untukku. Barulah usai pelaksanaaan operasi hal itu tepikirkan olehku, dan aku segera menanyakannya pada Ibu.

 “Siapa pemberi donor mata untukku, Bu?” tanyaku lirih. Ibu pengasuh yang tengah menungguiku di samping tempat tidur tidak menyahut. Aku mengulang pertanyaanku sekali lagi. Tetap sama, tak ada jawaban.

Satu minggu berselang, perban pada mataku boleh dibuka. Meski pada awalnya kepalaku terasa pusing dan ‘mata baru’ yang kumiliki terasa nyeri, dadaku tetap saja penuh, berdegup lebih cepat dari biasanya karena menahan luap perasaan gembira. 

Huft, akhirnya... aku bisa melihat isi dunia yang selama ini hanya bisa kubayangkan.

Aku berkali mengerjap mata. Belajar beradaptasi dengan lingkungan baruku, membedakan antara gelap dan terang. 

Aku nyaris menangis karena bahagia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun