Dengan geram kucekik lehernya.
Ia meronta sesaat. Tangannya yang kurus menggapai-gapai, berusaha melepaskan diri.
Mendadak sebuah tangan membekap wajahku dari belakang. Lalu jari-jari tangan itu tanpa ampun mencongkel bola mataku yang sebelah kiri.
“Nak, maaf, aku ambil kembali mataku...” suara Ibu pengasuh terdengar parau.
Mendadak semua menjadi gelap.
Gelap gulita seperti sediakala.
Seperti saat aku--- meringkuk di dalam kardus dan dibiarkan tergeletak begitu saja di depan pintu gerbang panti asuhan ini.
***
Malang, 29 April 2017
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H