“Kita sholat berjamaah di kamar kita, ya,” ujarnya seraya membimbingku. Aku menurut. Sungguh, sentuhan tangannya terasa begitu hangat dan menenangkan.
Kami memasuki kamar pengantin yang belum sempat kami tempati. Mas Abraham menggelar dua sajadah.
Malam itu untuk pertama kalinya aku melaksanakan sholat berjamaah bersama imam sejatiku. Dalam sujud aku menangis. Memohon ampun kepadaNya atas keraguanku. Aku malu kepada Allah. Selama ini aku bimbang karena fisik Mas Abraham yang tidak sempurna. Aku hanya melihatnya dengan mataku, tidak dengan hatiku.
Usai sholat aku bergegas meraih tangan suamiku.
Dan tanpa ragu-ragu lagi kucium tangan lelakiku itu berulang-ulang.
***
Malang, 1 April 2017
Lilik Fatimah Azzahra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H