"Iya, cinta yang kemarin itu...jahat. Ups!"
Cinta merah jambu tertawa. Daku memberengut. Tapi hanya sebentar. Kusandarkan kedua siku pada bingkai jendela. Menatap cinta yang entah mengapa, tak juga berhenti bergerak-gerak.
"Kau mau kopi?" tawarku.
"Boleh. Tapi jangan terlalu manis, ya. Kan aku sudah manis...." Ia mengikik lagi. Huft, cinta. Ternyata ia bisa melucu juga.
"Jangan kemana-mana, ya!" pesanku riang. Daku melangkah menuju meja. Menyeduh secangkir kopi.
Saat kembali ke jendela, kulihat cinta sudah tidak ada lagi.
***
Tuk, tuk, tuk. Terdengar bunyi itu, pagi-pagi sekali. Kali ini daku sudah tahu, itu pasti cinta. Tangan menyibak selimut, kaki gegas melangkah menuju jendela. Berharap melihat cinta merah jambu tersenyum, memamerkan gigi gingsulnya yang mencuat. Manis.
"Hai, selamat pagi!" sesuatu berseru, bergerak-gerak lincah di luar jendela.Â
"Cinta?"Â
"Kaget, ya? Beginilah aku. Warnaku setiap hari berubah-ubah. Sesuai dengan perasaanmu."