Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Halimah, si Kaki Buntung

10 September 2019   14:15 Diperbarui: 11 September 2019   00:13 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ketauilah sama kamu..! Ibumu buntung seperti itu gara-gara ulahmu dulu. Waktu kecil kau hampir tertabrak mobil, untung segera diselamatkan ibumu. Akibatnya ibumu lah yang jadi korban. Kaki kanannya terlindas mobil, hingga akhirnya harus diamputasi" Tutur Arman.

Lalu, Arman pun menceritakan dan membongkar rahasia besar yang selama ini disembunyikan. Halimah hanyalah ibu tirinya. Pernikahannya tidak dikarunia anak. Kemudian, secara sembunyi, suami Halimah (ayahnya Herman) menikah lagi dan lahirlah seorang anak laki-laki, yakni Herman. Sampai suatu ketika terjadi kecelakaan. Suami dan ibunya Herman meninggal akibat kecelakaan tersebut. Sementara Herman masih hidup karena diselamatkan Halimah.

"Sekarang kamu pikir, bagaimana besarnya pengorbanan ibumu. Setelah dikecewakan ayahmu, dia masih bisa menyayangi sepenuh hati. Bahkan rela mengorbankan kakinya demi keselamatan hidupmu" Imbuh Arman lagi.

Mendengar penuturan pamannya, Herman tidak mampu lagi membendung air matanya. Hatinya menyesal telah memperlakukan ibunya dengan buruk. Kemudian dia menubruk Halimah dan bersimpuh di kakinya.

"Ibu maafkan anakmu yang durhaka ini. Herman sangat menyesal bu. Sekali lagi maafkan Herman"

"Sudah..sudah anakku, tak perlu seperti ini. Kamu tidak bersalah nak. Ibu lah yang salah, hanya bisa membuatmu malu saja"

"Tidak bu. Herman yang salah. Herman telah durhaka sama ibu..!" Ucap Herman. Tangisannya makin keras.

"Ya udah ibu maafkan. Sekarang berdirilah..!"

Sejurus kemudian, anak dan ibu itu berangkulan disaksikan Mita dan Arman yang sama-sama tak kuat menahan tangis.

Begitulah seorang ibu. Betapapun disakiti seorang anak, 

theodysseyonline.com
theodysseyonline.com
masih terbuka lebar-lebar pintu maaf di hatinya. Benar kata pepatah, kasih sayang ibu sepanjang masa, sedangkan kasih sayang anak sepanjang galah. Ini berarti, kasih sayang ibu pada anaknya itu selamanya seumur hidup. Sedangkan kasih sayang anak memiliki batasan.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun