"Karena kaki ibu buntung?" Tanya Halimah. Matanya berkaca-kaca. Meski begitu, bibirnya tetap tersenyum. Rasa sakit hatinya itu tak ingin diketahui anak semata wayangnya.
"Ahh, pokonya aku ga mau ibu datang. Titik..!" Ketus Herman. Dia beringsut meninggalkan meja makan, kemudian berangkat sekolah.
Sepeninggal anaknya, Halimah hanya bisa bengong. Perasaan campur aduk terus mengganggu.
"Maafkan ibu nak..!. Karena kondisi ibumu, kau jadi menanggung malu" gumam Halimah. Tak ada secuipun perasaan marah pada Herman. Meski anaknya sudah berbuat tidak sopan.
***
"Bu..ibuuu, dimana?" Herman tergopoh-gopoh masuk ke rumah.
"Ibu di dapur nak...!" Sahut Halimah.
"Bu coba lihat ini" Kata Herman, sambil menyodorkan hasil kelulusan.
"Alhamdulillah Ya Allah. Kau lulus nak, dan nilainya juga bagus. Kamu memang kebanggaan ibu"
"Terus aku jadi ga kuliah?
"Insya Allah nak. Ibu akan bekerja lebih keras lagi. Kamu jangan pikirkan biayanya dari mana"
"Baiklah kalau itu maunya ibu. Tadinya aku ga mau nyusahin ibu saja"