mobil melaju kencang dan lampu merah di dekat gedung tua itu masih tiga puluh enam detik lagi menyala
bocah itu bersimbah darah
bibirnya kembali biru
dan tangannya membeku
kali ini untuk selamanya
lebaran esok berganti pedih
padahal ini sudah hari ke dua puluh enam
bitumi yang giat mengemis itu harus pasrah anak semata wayangnya dilindas kejam
tangis memuncah
mengerang kencang membelah subuh
imsak tak lagi minum