“Terimakasih Fa, dan sekali lagi aku minta maaf, aku akan selalu merindukanmu”
Lalu kak Aziz pamit pulang dan aku mencoba tegar dengan kenyataan yang pahit. Beberapa minggu kemudian Kak Aziz melangsungkan pernikahannya, tapi aku tak bisa menghadiri undangannya. Aku tak sanggup meyaksikan Kak Aziz dipelaminan bersama wanita lain. Aku takut tak mampu menahan kesedihannku.
Malam ini tiba-tiba mataku enggan terpejam. Aku buka album foto masa-masa sekolah, dan tatapan mataku berhenti disebuah foto, ya foto kami berdua, aku dan Kak Aziz.
"Mungkin takdir tak mengizinkan kita bersama Kak" Ucapku lirih. Suara getaran handphone membuyarkan lamunanku, seketika tanganku meraihnya. Siapa gerangan malam-malam mengirimkan pesan padaku? batinku
"Aku sangat merindukanmu Fa, walaupun kini rindu kita menjadi rindu terlarang"
Ternyata pesan itu dari Kak Aziz, meski aku juga sangat merindukannya aku tak mau membalas pesan itu, biarlah aku dan Tuhanku yang tahu tentang rindu dan perasaan ini.
Tulisan ini pernah dimuat di Apakabar Plus Hong Kong*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H