Mohon tunggu...
Rhianti Sayda
Rhianti Sayda Mohon Tunggu... -

friendly, humoris, romantis & i love photography

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rindu Terlarang

23 November 2015   12:07 Diperbarui: 1 April 2017   08:56 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Ibuku yang bilang Fa, beliau kemarin ketemu Ibunya Aziz sewaktu belanja di pasar, lalu mamanya Aziz cerita bahwa telah menjodohkan akan sesegera mungkin melangsungkan akad nikah”

Bagai disambar petir disiang hari, hatiku hancur berkeping-keping.

“Kamu yang sabar Fa, aku tau kamu kuat dan tegar”

Nana mengakhiri percakapan dengan salam lalu menutup telponnya.

Tak lama kemudian, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, aku bergegas mengenakan jilbab biru yang sedari tadi tergelatak di tempat tidur. Betapa terperanjatnya aku saat membuka pintu itu, ternyata Kak Aziz telah berdiri disana. Matanya berkaca-kaca, lalu ia berlari memeluk tubuh mungilku.

“Aku sangat merindukanmu Zalfa” Kak Aziz memelukku dengan erat, dan entah kenapa aku membiarkan saja itu terjadi, karna aku juga sangat merindukannya, meski aku tahu bahwa ia akan segera menjadi milik orang lain.

“Maafkan aku Fa, aku tak punya pilihan lain, aku tak bisa membantah keputusan orangtuaku yang telah menjodohkanku, tapi aku jujur aku sangat mencintaimu”

Butiran bening itu tak dapat kubendung lagi, aku menangis sejadi-jadinya, ya menangis dipelukan Kak Aziz. Terlalu banyak yang ingin aku sampaikan padanya hingga aku tak tau harus memuinya dari mana, bibirku terdiam beku dan hanya air mata yang mampu mengungkapkan perasaan ini.

“Aku merasa nyaman dan tenang bersamamu Fa, taku dilemma, binggung, kamu dan orangtuaku adalah orang-orang yang sangat berharga bagi hidupku”

“Aku akan mencoba mengerti kamu Kak, mungkin cinta tak harus memiliki. Menikahlah dengan wanita pilihan orangtuamu, aku ikhlas, jangan menyakiti hati mereka”

Meski hatiku sangat sakit tapi aku tak bisa berbuat apa-apa, mungkin ini sudah menjadi kehendak-Nya. Kak Aziz mengusap air mata di pipiku, lalu mengecup keningku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun