Bel pulang sekolah telah berbunyi, setelah merapikan buku-buku dan tas lalu aku bergegas menuju tempat yang telah kami sepakati. Tiba-tiba jantungku berdetak lebih cepat, tak seperti biasanya, aku berlari kecil agar cepat sampai tujuan. Disana ternyata telah kulihat Kak Aziz duduk di bawah pohon nan rindang dengan gitar coklatnya.
“Hai Kak, maaf Zalfa telat”
“Ngak apa-apa kok, aku juga baru sampai. Duduk gih” Pintanya
Dan aku hanya menganguk tanda setuju, lalu aku duduk tak jauh darinya. Tiba-tiba iya mulai memetik gitar yang sedari tadi di pegangnya, ia menyanyikan sebuah lagu untukku, suaranya merdu dan aku suka lagunya. Ditambah angin yang sepoi-sepoi menjadikan suasana lebih Indah. Kak Randy tiba-tiba memandangku, jemarinya menyentuh jemariku
“Zalfa, mau kah kamu menjadi kekasihku”
Aku masih tak percaya dengan apa yang aku dengar, tapi jujur aku senang. Aku ingin segera menjawabya, tapi bibirku serasa kaku tak mampu bicara. Setelah terdiam beberapa saat lalu aku mengatakan iya untuk ungkapan yang telah lama aku nanti.
“Aku telah lama menunggu kata ini darimu Kak”
Kak Aziz dan aku saling memandang lalu ia mencium keningku, lalu mendekapnya erat dalam pelukannya dan kami sama-sama tersenyum bahagia.
Kami memutuskan makan siang bersama, setelah itu ia mengantarku ke perpustakaan umum meminjam buku. Disepanjang jalan kami selalu bergandengan tangan, serasa tak ingin pisah. Ku lihat buku motivasi yang judulnya sangat menarik dan kami memutuskan untuk membacanya. Lembar demi lembar kami baca, buku itu sangat menarik lalu dibagian akhir buku itu membuat aku tercengang dan menyesal dengan apa yang aku lakukan.
Tak lama kemudian kami memutuskan untuk pulang. Dalam perjalan pulang hatiku diliputi penyasalan, dilema yang tak berujung. Disatu sisi aku sangat menyayangi Kak Aziz, disisi lain ia belum halal bagiku. Tak sepantasnya aku bersama lelaki yang belum halal. Tiba-tiba suara Kak Aziz membuyarkan lamunanku.