Mohon tunggu...
Eko Windarto
Eko Windarto Mohon Tunggu... Penulis - Penulis. Esainya pernah termuat di kawaca.com, idestra.com, mbludus.com, javasatu.com, pendidikannasional.id, educasion.co., kliktimes.com dll. Buku antologi Nyiur Melambai, Perjalanan. Pernah juara 1 Cipta Puisi di Singapura 2017, juara esai Kota Batu 2023
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

esai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencegah Perundungan Anak di Era Digital

26 September 2024   10:20 Diperbarui: 26 September 2024   10:39 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh Eko Windarto 

Perundungan anak merupakan masalah yang terus terjadi di berbagai negara dan mencakup berbagai jenis dan bentuk, termasuk verbal, fisik, dan psikologis. Perundungan anak dapat terjadi di berbagai lingkungan, baik di rumah, di sekolah, di tempat kerja, maupun di lingkungan virtual melalui media sosial dan teknologi.

Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), ada sekitar 3.800 kasus perundungan di Indonesia pada tahun 2023. 

 

Menurut KPAI dan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), jenis perundungan yang sering terjadi adalah bullying fisik (55,5%), bullying verbal (29,3%), dan bullying psikologis (15,2%).

Definisi dan Karakteristik Perundungan Anak 

Perundungan anak diidentifikasi sebagai tindakan agresif atau merendahkan yang bertujuan untuk mempermalukan, menyakiti, atau menjadikan anak sebagai obyek lelucon atau ejekan. Perundungan anak seringkali dilakukan secara terus-menerus dan dengan maksud yang jelas untuk menyakiti atau merendahkan anak. Beberapa karakteristik perundungan anak meliputi adanya ketidakseimbangan kekuasaan, intensitas, repetisi, dan ketidakadilan. Adapun bentuk perundungan anak dapat meliputi fisik, verbal, psikologis, atau melalui media sosial.

Berbagai Jenis Perundungan Anak 

Perundungan anak dapat terjadi dalam berbagai bentuk atau jenis. Berdasarkan jenisnya, perundungan anak dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:

Fisik: berupa kekerasan fisik seperti pemukulan, tendangan, dan gigitan.

Verbal: berupa penghinaan, ejekan, atau ancaman yang dilakukan dengan kata-kata secara langsung atau melalui media sosial.

Psikologis: merupakan bentuk perundungan yang dilakukan dengan maksud untuk membuat korban merasa takut, cemas, atau merasa rendah diri. Bentuk psikologis dari perundungan anak dapat berupa menjauhi si korban, tidak menyertakan dalam kegiatan, atau menganggapnya sebagai orang yang tidak berguna.

Cyberbullying: jenis perundungan yang dilakukan melalui internet, misalnya dengan mengirimkan pesan yang tidak sopan atau gambar yang tidak memadai.

Faktor-Faktor Risiko dan Penyebab Perundungan Anak

Terjadinya perundungan anak biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko dan penyebab. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor individu, keluarga, sekolah, teman sebaya, dan faktor lingkungan. Beberapa dari faktor risiko dan penyebab perundungan anak antara lain:

Kurangnya keterampilan sosial, seperti sulit membangun hubungan interpersonal dan cenderung menarik diri

Masalah konflik dalam keluarga atau lingkungan sekitar

Gangguan emosi dan perilaku pada diri anak, seperti kecemasan, depresi, atau hiperaktif

Kurangnya pengawasan dan perhatian orang tua atau orang dewasa dalam kehidupan anak

Budaya bullying, yaitu lingkungan sosial yang mendukung atau bahkan mempromosikan perundungan

Pengaruh media sosial dan teknologi yang memudahkan aksi bullying online

Dampak dan Konsekuensi Perundungan Anak Terhadap Korban 

Perundungan anak memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap korban, baik secara individu maupun sosial. Dampaknya dapat berupa perasaan takut, kecemasan, hilangnya rasa percaya diri, dan bahkan dapat berujung pada gangguan psikologis seperti depresi dan kecemasan yang berkelanjutan. Korban perundungan juga dapat mengalami gangguan dalam kinerja akademik dan memiliki keterlambatan dalam perkembangan sosial.

Peran Orang Tua dan Sekolah Dalam Mencegah dan Menangani Perundungan Anak 

Orang tua dan sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah dan menangani perundungan anak. Orang tua harus berperan aktif dalam mengawasi dan mengontrol perilaku anak dan harus siap untuk memberikan dukungan ketika anak mengalami perundungan. Sementara sekolah harus memiliki kebijakan dan program pencegahan perundungan yang jelas serta memastikan bahwa setiap kasus perundungan ditangani dengan serius dan tuntas.

Media sosial dan teknologi sering menjadi faktor penyebab perundungan anak. Namun, dengan penggunaan yang bijak, teknologi dan media sosial juga dapat dimanfaatkan untuk melawan bullying dan membantu korban perundungan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menghimbau pengguna media sosial untuk bersikap hati-hati dalam mengunggah informasi, mendukung upaya kampanye anti-bullying, dan mengadakan seminar atau pelatihan untuk mengajarkan cara mencegah dan menangani perundungan.

Upaya dan Program Yang Dilakukan Untuk Mengurangi Perundungan Anak 

Banyak program dan upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi atau bahkan menghilangkan perundungan anak. Salah satunya adalah program sekolah untuk menanamkan nilai-nilai sosial dan membentuk perilaku positif pada anak. Tindakan preventif yang dilakukan seperti pembentukan program pelatihan sosial yang baik dapat membantu mencegah terjadinya perundungan.

Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Upaya dan Program Pencegahan Perundungan Anak

Meskipun banyak upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi perundungan anak, masih banyak faktor yang harus dipertimbangkan untuk menciptakan program yang efektif dan terbukti dalam mencegah dan menangani perundungan anak. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas upaya dan program pencegahan perundungan anak meliputi pengawasan dan pengaturan pelaksanaan program serta penilaian terhadap efektivitas program yang telah dilaksanakan.

Cara untuk Meningkatkan Kesadaran Masyarakat dan Mengubah Budaya yang Memicu Terjadinya Perundungan 

Anak Mengubah budaya yang memicu perundungan anak adalah satu bentuk upaya yang harus dilakukan oleh masyarakat secara bersama-sama. Dalam hal ini, media memegang peranan penting untuk membantu membangun kesadaran dan mengubah perilaku masyarakat. Selain itu harus ada kolaborasi antara keluarga, sekolah dan masyarakat untuk membentuk lingkungan yang lebih baik yang dapat menghasilkan perilaku positif pada anak.

Dalam menghadapi masalah perundungan anak, semua pihak harus bekerja sama untuk mengatasinya. Orang tua, sekolah, media sosial, dan masyarakat harus bekerja sama untuk membangun kesadaran dan mempertahankan konsep yang positif agar dapat meminimalkan kasus perundungan anak di masa depan.

Sekar Putih, 2692024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun