Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jelajah Sejarah Malang: Raffles ternyata Pernah ke Malang

20 Mei 2020   11:18 Diperbarui: 20 Mei 2020   12:43 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mengunjungi semua yang bisa diselidiki di sekitar Singasari, kami melanjutkan perjalanan kembali menuju Malang, sejauh 13 pal dari Lawang, dan pada malam hari kami mengunjungi reruntuhan Supit Urang, biasanya disebut Kotah Bedah (Bedah Kuta) atau benteng yang ditinggalkan. Situs ini digunakan sebagai perlindungan terakhir para pengungsi dari Majapahit.

kondisi kuto bedah sekarang sumber https://www.terakota.id/pusat-kerajaan-singhasari-dulu-dan-kini/
kondisi kuto bedah sekarang sumber https://www.terakota.id/pusat-kerajaan-singhasari-dulu-dan-kini/

 Dinding benteng ini terdiri dari batu bata dan bagian dasarnya dapat ditelusuri dengan mudah. Kami mengelilingi sisi-sisinya, dan sejauh yang dapat kami perkirakan, kelilingnya tidak kurang dari dua mil. 

Benteng ini merupakan figur yang berbeda dari biasanya, letaknya kokoh dalam posisi di pertemuan antara dua sungai yang mengalir mengelilingi 3-4 dinding. 

Kedalaman dari dinding ke sungai sekitar 50-100 kaki dan di beberapa tempat lebih dalam lagi. Sebuah parit yang dalam dialirkan dari sebuah sungai ke arah sungai yang lain, yang dapat dengan mudah diatur dengan menutup aliran dari sungai. Lebarnya sekitar 75 kaki dan kedalamannya tidak kurang dari 50 kaki. 

Keadaan saat ini tidak diragukan lagi telah tertimbun, dan bahkan di beberapa bagiannya telah ditanami. Tampak beberapa tempat pemukiman dengan dinding dan sistim bercocok tanam yang baik, terutama tembakau.

Candi Kidal

Keesokan harinya kami melanjutkan untuk mengunjungi reruntuhan di Kidal dan Jagu, jaraknya sekitar 7 mil, yang terakhir hampir 4 mil dari Malang, menuju ke arah tenggara. 

Di Kedal terdapat sisa-sisa sebuah candi yang sangat indah dari batu, tingginya sekitar 35 kaki. Bangunan itu disangga seekor singa di setiap pilar dari empat pilar yang ada dan juga pada tangga pintu masuk. 

Di bagian tengah pada tempat yang lebih rendah, antara singa-singa itu, terdapat patung dalam bentuk relief di dinding. Hasil cetakan pahatan di dinding ini mempunyai gaya yang sama dengan yang ditemukan di Brambanan dan Boro Bodo, tetapi masih lebih indah. Bangunan ini dikelilingi dinding dan di bagian depan terdapat teras. 

Kamar-kamarnya mempunyai bentuk yang sama dengan candi-candi di Jawa. Di atas pintu masuk terdapat kepala gorgon, dan kamarnya sendiri berupa lubang yang dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun