“Tentu saja aku sangat merindukan mereka.”
“Lalu, kenapa di sini?”
“Karena aku merindukanmu dan ingin bertemu dengan kamu.”
“Heh!” Wulan mencibir walaupun hatinya merasa senang.
“Sungguh aku tidak bohong. Aku selalu teringat kata-katamu.”
“Kata-kata yang mana?” Wulan mengernyitkan dahinya.
“Kata-katamu ‘Perlu kamu ketahui, tidak hanya di daerah terpencil, di sini pun, masih banyak anak-anak yang perlu orang-orang sepertimu’”. Badai tersenyum.
“Ooooh yang itu. Kamu mengingatnya?”
“Setiap saat aku mengingatnya.”
“Jadi, kata-kataku yang kamu ingat!” benak Wulan dengan rasa kecewa. “Terus kamu memutuskan untuk mengabdi di sini?”
“Yah!”