***
Wulan mengangkat handphone milik Taufan yang berbunyi saat dia baru saja keluar dari pintu rumahnya untuk mengantarkan kerupuk-kerupuk ikan pesanan para pelanggannya.
“Hallo?”
“Hallo, ini aku. Badai, kakaknya Taufan.”
“Yah aku tahu! Tidak perlu kamu jelaskan! Aku masih ingat suaramu dan namamu tertera di layar hp!” Terdengar suara tawa lepas Badai di telephon. “Ada apa?”
“Hari ini akukembali ke Kalimantan. Maaf aku tidak bisa datang untuk pamit padamu.”
“Tidak apa-apa.”
“Ada satu yang ingin aku katakan padamu, Wulan. Maukah kamu menerimaku menjadi temanmu, seperti kamu menerima Taufan dan Baruna sebagai temanmu. Aku pasti akan kembali dan berjanji tidak akan membuat lautmu sepi lagi.”
“Tapi aku tidak mau berteman dengan laki-laki bodoh lagi!” Badai kembali tertawa. “Laut dan pantai pasti akan menyambutmu. Perlu kamu ketahui, tidak hanya di daerah terpencil, di sini pun, masih banyak anak-anak yang perlu orang-orang sepertimu!”
Wulan kemudian menutup telephonya setelah mengucapkan selamat jalan pada Badai. Gadis manis itu tersnyum lalu melangkah pergi.
***