Mohon tunggu...
Eka D. Nuranggraini
Eka D. Nuranggraini Mohon Tunggu... -

membaca hidup

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Laut Kembali Sunyi (Bagian 29 & 30 Tamat)

8 Agustus 2016   13:33 Diperbarui: 9 Agustus 2016   15:28 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lukman menemui Ramadhan di sebuah café.

“Bagaimana keadaan Sofie?” tanya Lukman.

“Dia masih sangat terguncang. Sekarang dia berada di Bogor di tempat bibinya agar bisa tenang.”

Lukman menghela nafasnya. “Semuanya memang berawal dari aku! Andai saja…..”

“Tidak ada yang perlu disesali, semuanya sudah terjadi. Penyesalanmu tidak akan membuat Baruna kembali.”

“Tapi anak itu. Baruna! Darah dagingku satu-satunya! Dia tdak bersalah apa-apa!”

“Nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada penyesalan yang datang diawal!” Ramadhan kemudian mengambil sebuah bungkusan berbentuk segi empat yang dibawanya dan menyerahkannya pada Lukman.  “Bukalah!” Lukman menerimanya dan langsung membuka kertas pembungkusnya. Dia terpana melihatnya. “Itu Baruna! Aku memberikannya padamu. Itu adalah hasil karya temannya yang belum lama meninggal. Dia sangt mirip denganmu di lukisan itu.”

Lukman terdiam, matanya berkaca-kaca memperhatikan lukisan di tangannya.

***

Saat berada di dalam pesawat, Badai memikirkan kata-kata Wulan. “Perlu kamu ketahui, tidak hanya di daerah terpencil, di sini pun, masih banyak anak-anak yang perlu orang-orang sepertimu!”

            Cuaca cerah. Pesawat pun terbang tinggi menembus awan menuju daratan Borneo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun