Mohon tunggu...
Eka D. Nuranggraini
Eka D. Nuranggraini Mohon Tunggu... -

membaca hidup

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Laut Kembali Sunyi (Bagian 3)

12 Mei 2016   09:23 Diperbarui: 12 Mei 2016   09:30 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            “Eh, kakek! Iya kek, ini baru saja aku ajak masuk!”

Baruna memperkenalkan laki-laki tua sebagai pemilik rumah dimana dia tinggal. Dia memanggilnya dengan sebutan Kakek.

            “Jadi, ini temanmu?” tanya Kakek.

            Baruna mengangguk.  Kakek kembali menyuruh Baruna untuk mengajak Taufan masuk ke dalam rumah.

            “Enak di luar, Kek. Sambil menikmati udara dan angin laut sore,” ujar Taufan dengan sopan.

            “Temanku ini sudah lama tidak melihat laut, Kek!”

            “Ooh begitu. Ya sudahlah terserah kalian saja! Kakek mau masuk dan mandi dulu!” Kakek kemudian masuk ke rumah.

            “Jadi, kamu tinggal dengan seorang kakek?” tanya Taufan setelah Kakek masuk. Baruna mengangguk, lalu mengajaknya duduk di bangku panjang di bawah pohon kelapa yang biasa dia gunakan, juga Kakek, untuk memperbaiki jaring ikan yang rusak atau sobek.         “Jadi, apa yang kamu kerjakan di sini?” tanya Taufan.

            “Aku sudah mengatakannya padamu, kan? Kalau aku adalah seorang nelayan, kalau malam aku berlayar di laut untuk mencari ikan dan siang harinya aku memperbaiki jarring-jaring ini!” Baruna memegang jaring ikan yang tergantung di sampingnya. “Karena kakiku masih sakit, tiga hari ini aku tidak ikut melaut dan hanya membantu Wulan membuat kerupuk ikan.”

            “Gadis anak pemilik warung makan itu?” Baruna mengangguk dan mengatakan kalau pekerjaan utama Wulan bukan di warung membuat kerupuk ikan. Wulan yang lulusan SMA pernah bekerja di sebuah perusahaan pengalengan ikan. Karena sifatnya yang keras, tidak mau diatur dan disuruh, membuatnya sering ribut dengan atasannya. Wulan merasa tidak nyaman dengan pekerjaannya dan tempatnya bekerja, lalu memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan membantu ibunya di warung makan, suatu hari Wulan mendapatkan ide untuk membuat kerupuk dari ikan yang dibawa pulang bapaknya, dan setelah jadi ternyata rasanya enak. Pertama hanya menyediakan kerupuk tersebut di warung makan ibunya dan ternyata banyak yang menyukainya. Setelah itu memperbanyak kerupuk buatannya dan kemudian dijual juga menerima pesanan. Selain dijual dalam bentuk sudah matang juga dijual dalam bentuk mentahnya. Kini kerupuknya sudah dikenal, baik di kampungnya juga di kampung-kampung tetangga.

            “Gadis yang cerdas!” ungkap Taufan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun