“Saya dan Bimo hanya berteman.”
“Atau laki-laki tadi, yang memanggil kamu, itu pacar kamu?” timpal ibunya Bayu.
“Bukan, itu sepupunya Bimo, namanya Bagas.”
“Orangnya lumayan ganteng. Melihat sikap dan bahasa tubuhnya ketika melihat dan berhadapan dengan kamu tadi, kayaknya dia suka sama kamu,” kata kakaknya Bayu sambil tersenyum.
“Mbak bisa saja, kami baru saling mengenal.” Khaerani nampak malu-malu.
***
“Apa yang ingin disampaikan ibunya Bayu sama Rani ya?” kata Bagas ketika dalam perjalanan pulang dari makam Bayu bersama Bimo.
“Entahlah. Tapi aku bersyukur, kelihatannya sikap ibunya Bayu sudah berubah terhadap Rani.” Bimo berkata sambil menyetir mobil.
Bagas dan Bimo kemudian terdiam.
“Apa kamu akan berhenti menyukai Rani, kalau aku mengatakan aku memang menyukainya!” kata Bimo tiba-tiba, membuat Bagas terkejut mendengarnya.
“Apa! Apa aku tidak salah dengar?” Bagas kemudian tertawa. “Hei! Kamu pasti berpikir, aku mengatakan menyukai Rani adalah hanya untuk membuatmu cemburu atau mengujimu? Kalau kamu berpikir seperti itu, kamu salah, Bim! Aku bukan orang seperti itu! Aku menyukai Rani, karena memang aku meyukainya. Tidak ada alasan apa pun!”