Mohon tunggu...
Eka D. Nuranggraini
Eka D. Nuranggraini Mohon Tunggu... -

membaca hidup

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Gurat Senja Merah (Bagian 28)

13 April 2016   10:36 Diperbarui: 13 April 2016   10:43 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            “Aku tidak ingat! Mungkin waktu itu aku kesasar, maklum orang baru!” Bagas tertawa dan berbohong kepada Bimo. “Yah, ini adalah jalan yang menuju makam kekasihnya Khaerani!” benaknya ketika Bimo membelokkan mobilnya ke sebuah jalan yang lebih sempit, yang kemudian berhenti di depan sebuah pemakaman umum.

            “Jadi, suatu tempat yang kamu maksud itu, pemakaman umum!” Bimo mengangguk. Bagas nampak memperhatikan ke sekeliling. “Mau apa kita ke pemakaman umum ini?”

            “Ya, ziarahlah, masa shopping!” Bimo mengajak Bagas membeli bunga dipenjual bunga makam diseberang jalan pemakaman.

            “Kita mau ziarah ke makam siapa?” Bagas memancing Bimo, yang sebenarnya dia sudah tahu kalau makam Bayu-lah yang akan mereka tuju.

            “Makam Bayu! Kamu tahu dia kan? Mutiara pasti sudah cerita!”

            “Ya. Dia adalah sahabat kamu, yang juga kekasih Rani, teman kecilmu yang sangat kamu sukai, tapi tidak pernah kamu ungkapkan!” Bagas tersenyum. Bimo tiak menghiraukan kata-kata sepupunya. Dia kembali menyeberang jalan setelah membeli bunga untuk makam. Bagas mengikutiya dari belakang. “Sebenarnya untuk apa kita ke makam Bayu?” tanya Bagas.

            “Hari ini adalah hari kematian Bayu tiga tahun yang lalu. Dan aku ingin menunjukkan ke kamu, orang yang pernah sangat dicintai oleh Rani!”

Bagas tersenyum. “Apalah artinya, Bim? Bayu sudah meninggal. Apa yang akan kamu tunjukkan? Toh, aku sudah tahu semuanya. Atau, kamu akan mengatakan diatas makam Bayu ‘Bagas, yang Rani sukai dan cintai adalah Bayu, orang yang terbaring abadi disini, bukan aku atau pun kamu’ begitu maksud kamu? Atau kamu akan mengatakan kepadaku, juga Bayu, kalau kamu akan memenuhi permintaan terakhirnya, untuk menjaga Rani, yang selama ini belum kamu penuhi? Kalau itu yang kamu inginkan, tunjukkan dan buktikan padaku!” Bimo tidak menjawab. Menatap tajam Bagas sesaat sambil terus melangkah masuk ke gerbang pemakaman umum tersebut. “Baiklah! Kalau kamu tetap diam seperti itu, Bim! Jangan salahkan aku, kalau aku akan berjuang untuk hatinya!” pikir Bagas, kemudian mengikuti Bimo yang sudah masuk kedalam area pemakaman.

“Sudah bicaranya!” kata Bimo.

“Percuma ngomong sama kamu! Sebenarnya apa sih, isi otak dan hatimu itu, Bim?!” tegas Bagas. Tiba-tiba Bimo menghentikan langkahnya. “Kenapa berhenti? Apa ini tempatnya? Tapi yang mana? Aku tidak melihat nama Bayu di sini?” Bagas ikut berhenti dan memperhatikan beberapa makam di sekeliling mereka, tapi kemudian Bimo melangkah lagi. “Lho Bim, bukan disini? Terus, kenapa kamu berhenti?”

            Setelah beberapa saat akhirnya Bimo dan Bagas sampai dimakam Bayu. Di makam tersebut mereka melihat seorang perempuan yang sangat mereka kenal sedang berdoa. Perempuan berkerudung biru tua yang telah selesai bedoa itu nampak terkejut ketika melihat kedatangan dua laki-laki itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun