Mohon tunggu...
egoegi
egoegi Mohon Tunggu... digital content freelance -

a hybrid digital people - loves #reading #writing #barca

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

The Theory of 'Tukang Warteg'

6 Juli 2016   05:37 Diperbarui: 6 Juli 2016   08:53 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan gaya ngocol-nya,

“Masa kalah ama tukang warteg,”

“Tolib aje warteg depan rumah tomang, anak buahnye mudik ke kampung,”

Yang reflek membuat tawa saya lepas. Mengagetkan Darith, sebelah kanan meja.

”Ngehek! disamain ama tukang warteg! ada aje istilahnye.” dalam hati saya gerutu.

Yang sudah no hard-feeling dengan gayanya, sudah kebal.

Flashback! ingat si Tolib, dengan warna keruh dan kusamnya lap warteg, yang tiap malam ia gunakan untuk bersihkan kaca etalase.

Tolib, warteg yang sejak awal 80-an sudah terletak di seberang rumah saya.

“Lah haha kagalah! beda om, anak buahnye Tolib balik tinggal ngesot ke Tegal. Mudiknya juga pake rupiah, bukan Dollar.” 

tanpa mau kalah saya menjawab.

“Yah, sama aje. Intinye mudik ye kan, pulang kampung. Daripada enggak. Jauh-jauh kerja masa gak pulang.” 

argumennya bernada konservatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun