Hal sederhana dari Tolib dan anak buahnya. Semua demi mereka.
Rangakaian teori ini berawal dari sini.
Tuol Kork, siang hari.
Ruangan yang berada di lantai dua #street. 608, seperti biasanya di jam-jam sibuk pasca makan siang, hening dengan keasyikan mereka di depan layar monitor.
Kalaupun ada desibel berbunyi, mayoritas berasal dari bunyinya tombol keyboard dan percakapan kecil kami.
Ditambah bunyi dering telepon berasal dari lantai satu.
“Gimana disana? puasa gak?,” muncul satu baris pesan dalam Whatsapp saya. Dengan nomor yang tidak dikenal.
Siapa ini, pikir saya dalam hati.
Saya langsung ke bagian kiri atas profil nomor itu, kurang dari satu detik, saya hapal ini siapa.
Nah, ini si om ternyata.
Om Maman, adik kandung dari almarhum papa. Dalam foto profilnya, terlihat ia berpose formal dengan batik bersama temannya.
Saya tahu, harus merespon pertanyaanya dengan cepat.