Namun, semakin mereka mendekati suara tangisan, semakin labirin ruangan itu menjadi rumit dan membingungkan. Pintu-pintu terus berpindah tempat, lorong-lorong buntu muncul di depan mereka, dan waktu dan ruang tampaknya terdistorsi.
Dalam keadaan terperangkap dan terombang-ambing oleh kekuatan supranatural yang tak terduga, mereka menyadari bahwa mereka terperangkap dalam permainan kegelapan yang tak terkendali. Mereka merasa seperti boneka di tangan entitas jahat yang menari-nari dengan nasib mereka.
Dalam perjalanan mereka untuk mengungkap kebenaran di balik rumah yang terkutuk ini, mereka harus berhadapan dengan rasa takut yang tak terbayangkan, menghadapi kengerian yang melebihi imajinasi manusia. Apakah mereka akan menemukan jalan keluar dari labirin maut ini? Atau mereka akan terjebak selamanya dalam dunia kegelapan yang tak terbendung?
Di tengah kegelapan yang menyelimuti mereka, para karakter utama terus melangkah maju dengan hati-hati. Suara tangisan anak kecil semakin dekat, seakan-akan memanggil mereka untuk menemukan sumbernya. Namun, setiap langkah yang mereka ambil terasa seperti melangkah ke dalam jurang kegelapan yang semakin dalam.
Saat mereka bergerak melalui lorong yang sempit, mereka tiba-tiba melihat bayangan tubuh yang terpampang di dinding. Tubuh-tubuh itu dipenuhi luka-luka yang mengerikan dan wajah-wajah yang terdistorsi oleh rasa sakit. Mereka menahan nafas, terkejut oleh pemandangan yang menyeramkan itu.
"Apa yang terjadi di sini?" Mark berkata dengan suara terguncang.
"Tampaknya ada sesuatu yang sangat buruk telah terjadi," jawab Alex dengan suara bergetar.
Tiba-tiba, pintu di ujung lorong terbuka dengan sendirinya. Cahaya redup memancar keluar dari dalam ruangan, menerangi koridor dengan sinar samar. Mereka saling pandang, tanda tanya besar tercetak di wajah mereka. Apakah pintu itu merupakan jalan keluar yang mereka cari atau hanya jebakan baru yang telah disiapkan oleh kekuatan misterius di rumah ini?
Dengan hati-hati, mereka memasuki ruangan yang terbuka. Di dalamnya, mereka melihat pemandangan yang mengguncangkan. Ruangan itu dipenuhi dengan perabotan tua dan rusak. Lantai dipenuhi dengan serpihan kaca yang terhambur, mengingatkan mereka pada tragedi yang mungkin terjadi di masa lalu.
Namun, perhatian mereka tertuju pada sosok kecil yang berdiri di tengah ruangan. Anak kecil itu terlihat pucat dan lemah, rambutnya kusut dan mata yang penuh keputusasaan. Tangannya terulur ke arah mereka, memohon pertolongan.
"Selamatkan aku," bisiknya dengan suara yang rapuh.