Semua ini lagi-lagi tentang finansial klub. Money can't buy me love, ungkap The Beatles dalam lagunya. Namun, uang pada zaman sekarang mengubah banyak wajah sepak bola dan pandemi Covid-19 secara kebetulan menjadi 'oli' untuk mempercepat realisasinya yang tertunda sekian tahun.
Intervensi keuangan menjadi fenomena nyata bagaimana sepak bola mengalami pergeseran besar. Ambil contoh Chelsea (Inggris), Manchester City (Inggris), Paris Saint-Germain (Prancis) dan RB Leipzig (Jerman).
Chelsea menggeliat sejak dibeli taipan Roman Abramovich dengan mendatangkan sang special one Jose Mourinho untuk memberikan gelar Liga Inggris musim 2003/04.
Lalu, Manchester City ketika diakuisisi Abu Dhabi United Group Investment and Development Limited pada 2008 silam langsung mengucurkan dana besar 120 juta Euro untuk membeli Gareth Barry, Carlos Tevez, Roque Santa Cruz, Emmanuel Adebayor, Kolo Toure, dan Joleon Lescott pada 2009 yang tertinggi di Inggris.
Hasilnya terasa ketika Manchester City menjuarai Liga Inggris musim 2011/12 dan secara konsisten menunjukan penampilan luar biasa di kancah domestik dan internasional, hal yang tak pernah mereka tampilkan pada periode sebelumnya.
Suka atau tidak, Chelsea dan City memang berubah sejak kucuran dana mengalir ke klub tersebut.Â
Keuntungan serupa dirasakan Paris Saint-Germain di Prancis sejak diakuisisi Qatar Sports Investments pada 2011. Bahkan komposisi Paris saat ini terdiri dari pemain bintang dunia, Mbappe dan Neymar, tanpa ragu membayar mahal mahar mereka.
Sementara itu, RB Leipzig yang baru didirikan 2009 juga menapaki pencapaian terbaik di Bundesliga dan Liga Champions. Tak butuh waktu lama, klub perusahaan Red Bull ini menjadi runner up Bundesliga musim 2016/17 dan tahun lalu menjadi semi finalis Liga Champions.
Keterlibatan Red Bull mengesankan klub ini lebih menyerupai klub pemasaran perusahaan minuman berenergi tersebut, walau dibantah klub. RB Leipzig memang hadir dengan wajah berbeda dari klub Jerman yang selama ini porsi kepemilikan publik lebih besar dari korporasi.
Sepuluh tahun RB Leipzig dibentuk, prestasi mereka di kancah sepak bola terukir lebih cepat dibanding klub lawas Jerman seperti Bayer Leverkusen dan Werder Bremen yang selama belakangan ini tampil kurang menggigit.