Dengan kata lain, Arsenal adalah contoh bagaimana kebesaran klub sepak bola tak seratus persen harus dibentuk lewat kehebatan dalam melewati kompetisi.
Itu juga yang terjadi dengan klub Italia seperti Inter Milan dan AC Milan. Baik di Serie A maupun Liga Champions, penampilan kedua klub mengalami pasang surut selama satu dekade terakhir. Meski demikian, baik Inter dan Milan tetap difavoritkan dan mendapat hati di benak penggemar mereka.
Memakai jersey AC Milan rasanya lebih membanggakan ketimbang seragam Atalanta yang dua musim terakhir mampu mengungguli Milan di klasemen Serie A.
Memberikan trofi kepada klub adalah satu hal, namun mempertahankan kejayaan dan memastikan keberlangsungan adalah pekerjaan lain. Masuknya klub-klub besar ke Super League tentu menjadi guncangan besar untuk UEFA.
Liga Champions meski secara nama mengesankan pertarungan klub-klub terbaik dari pelbagai negara di Eropa, pada kenyataannya ini adalah kompetisi untuk klub-klub elit dari Inggris, Spanyol, Italia, Jerman dan Prancis.
Karena itu dapat dipahami bagaimana UEFA bakal mati-matian mempertahankan segelintir klub elit Eropa untuk tetap berkompetisi di bawah naungan mereka demi menjamin keberlangsungan ratusan klub-klub Eropa lainnya.
FourFourTwo melaporkan rencana Super League bersinggungan dengan perdebatan untuk mereformasi Liga Champions. Jika wacana Super League ternyata dibuat sebagai bentuk daya tawar agar klub besar didengarkan, maka ini adalah langkah serius yang sangat beresiko.
Di sisi lain, wacana Super League bisa jadi dibentuk sebagai langkah penyelamatan. Pemilik klub mengatakan ingin menyajikan permainan kualitas, namun di balik kalimat itu, mereka sebenarnya ingin menyelamatkan muka dari puasa gelar.
Praktis, prestasi Manchester City, Manchester United, Arsenal, AC Milan, Inter tak terlalu menggembirakan di kancah Eropa.Â
Mereka seperti berupaya untuk mempertahankan kebesaran nama. Ada kekhawatiran bahwa puasa gelar membuat nama mereka bakal meredup di masa mendatang seiring masalah finansial akibat pandemi Covid-19 dan kompetisi Liga Champions yang tampaknya tak bersahabat untuk keberlangsungan sebagian klub elit.