Kinerja pembangunan ekonomi di suatu daerah dapat dilihat dari laporan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang memberikan informasi tentang performa perekonomian di daerah tersebut.
PDRB adalah nilai total produksi barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu wilayah geografis selama periode tertentu, Nilai PDRB yang dihasilkan, sekaligus mengambarkan pergerakan pertumbuhan ekonomi yang dialami oleh suatu daerah.
BPS Sulawesi Tengah (Sulteng) sendiri pada bulan November lalu, telah merilis realisasi perekonomian Sulteng pada triwulan IIII tahun 2024 .Dimana besaran PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 95.555,46 miliar.
Adapun untuk pertumbuhan ekonomi Sulteng triwulan III-2024, mengalami pertumbuhan sebesar 9,08 persen. Dimana dari sisi produksi, lapangan usaha industri pengolahan mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 14,77 persen.
Untuk pulau Sulawesi, besaran PDRB Sulteng pada Triwulan III 2024 lebih rendah dari Provinsi Sulawesi Selatan yang mencapai Rp 181,542 triliun. Juga Sulawesi Tenggara Rp 47,94 triliun, Sulawesi Utara Rp 47,17 triliun serta Sulawesi Barat sebesar Rp 16,19 triliun.
PDRB Sulteng hanya lebih tinggi dari Provinsi Gorontalo yang mencapai Rp 13.873,75 miliar. Artinya untuk capaian PDRB di triwulan III 2024, posisi Sulteng berasa di peringkat dua terendah di Pulau Sulawesi, setelah Gorontalo.
Tentu potret perekonomian Sulteng yang menggambarkan capaian PDRB dan pertumbuhan ekonomi belum final. Karena masih didasarkan pada data triwulan III 2024. Mengingat untuk capaian triwulan IV tahun 2024, baru akan dirilis oleh BPS di Bulan Februari 2025.
Sebagai perbandingan besaran PDRB Sulteng pada triwulan IV tahun 2023 yang dirilis pada bulan Februari 2024 mencapai Rp 347.139,17 miliar. Serta PDRB per kapita mencapai Rp 112,46 juta. Adapun untuk pertumbuhan ekonomi ekonomi sebesar 11,91 persen.
Menjadi pertanyaan apakah capaian PDRB dan pertumbuhan ekonomi Sulteng pada triwulan IV 2024 nanti akan bisa setara dengan capaian di tahun 2023 lalu?
Atau malah lebih tinggi dan sebaliknya lebih rendah dari tahun 2023? Kita tunggu rilisnya oleh BPS di bulan Februari tahun depan. Karena akan memberi gambaran perekonomian Sulteng secara komprehensif di tahun 2024.
Pertumbuhan Tertinggi di Sulawesi
Walau capaian PDRB rendah, namun capaian pertumbuhan ekonomi Sulteng justru tinggi sebesar 9,08 persen. Capaian ini melebihi capaian nasional di triwulan III yakni sebesar 4,95 persen.
Yang dimaksud pertumbuhan ekonomi adalah, perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Serta kesejahteraan masyarakat meningkat.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator makro untuk melihat kinerja perekonomian secara riil di suatu wilayah. Di mana pertumbuhan ekonomi menjadi penentu tingkat kesejahteraan, keamanan serta kemajuan sebuah daerah.
Untuk Pulau Sulawesi, pertumbuhan ekonomi Sulteng berada di peringkat tertinggi dibanding provinsi lainnya. Seperti Suawesi Tenggara 5,24 persen, Sulawesi Utara 5,21 persen, Sulawesi Selatan 5,08 persen, Gorontalo 3,98 persen dan Sulawedi Barat sebesar, 2,16 persen.
Bahkan secara nasional, pertumbuhan ekonomi Sulteng berada di peringkat dua teratas nasional setelah Provinsi Papua Barat dengan pertumbuhan sebesar 19,56 persen. Adapun Provinsi Maluku Utara berada di bawah Sulteng sebesar 8,09 persen.
Realita ini hendak menegaskan bahwa, capaian PDRB yang tinggi belum tentu pertumbuhan ekonominya juga tinggi. Sebagai contoh Sulawesi Selatan, PDRBnya mencapai Rp 181 triliun, namun pertumbuhan ekonomi hanya 5,08 persen.
Sebaliknya Sulteng PDRBnya Rp 95 miliar, namun pertumbuhan ekonomi tinggi, yakni berada di angka 9,08 persen. Begitu juga dengan Papua Barat PDRBnya Rp 29 miliar, sementara pertumbuhan ekonomi 19,56 persen.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi namun PDRB rendah, bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Seperti kurangnya investasi dalam sektor produktif dan infrastruktur yang memadai.Â
Selain itu kebijakan pemerintah yang kurang efektif dalam pengembangan keterampilan tenaga kerja. Serta tingginya angka kemiskinan di daerah tersebut.
Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Sulteng ditopang oleh lapangan usaha industri pengolahan dengan pertumbuhan 14,77 persen. Bandingkan dengan Provinsi Suawesi Selatan yang ditopang oleh lapangan usaha jasa lainya sebesar 17,75 persen.
Sulawesi Utara pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 8,32 persen. Kemudian Sulawesi Barat pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, serta reparasi mobil dan sepeda motor.
Adapun Gorontalo juga pada lapangan usahar perdagangan besar dan eceran, serta reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 8,61 persen. Sementara Sulawesi Tenggara pada lapangan usaha konstruksi sebesar 23,72 persen.
Dari perbandingan tersebut terlihat bahwa, setiap provinsi punya sektor primadona terhadap pertunbuhan ekonomi di daerahnya. Adapun untuk Pulau Sulawesi, Sulteng satu-satunya daerah dimana sektor industri pengolahan tertinggi pertumbuhannya.
Kontribusi Sektor Penopang
Antara capaian PDRB dan pertumbuhan ekonomi Sulteng memang terkesan paradoks. Namun itulah realitas dari kinerja pembangunan ekonomi di Sulteng.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan proses yang dilakukan oleh pemerintah daerah, masyarakat dan pelaku usaha (investor), untuk mengelola sumber daya yang ada. Serta menciptakan lapangan kerja, dan merangsang kegiatan ekonomi di wilayah tersebut.
Sektor industri pengolahan (hilirisasi nikel) yang menjadi penopang tertinggi pertumbuhan ekonomi Sulteng, tidak lepas dari kinerja pembangunan yang melibatkan unsur pemerintah daerah, pemerintah pusat dan investor.Â
Di mana kehadiran industri pengolahan membuka lapangan kerja yang merekrut banyak sumber daya manusia (tenaga kerja). Lewat kehadiran smelter pemurnian nikel di Kabupaten Morowali dan Morowali Utara.
Industri pengolahan juga turut merangsang kegiatan ekonomi di wilayah Sulteng. Serta mengkonsolidasikan sektor-sektor penopang pertumbuhan ekonomi. Seperti sektor pertambangan dan penggalian, konstruksi serta perdagangan.
Kebutuhan bahan mentah di industri pengolahan disiapkan oleh site tambang dan penggalian. Setelah melalui pengolahan hilirisasi, menghasilkan bahan baku siap ekspor dengan nilai perdagangan berkali lipat.
Data BPS di bulan September 2024, kontribusi terbesar terhadap ekspor Sulteng berasal dari besi dan baja senilai 1.272,80 juta dolar AS. Atau 66,46 persen dari total nilai ekspor. Kemudian, ekspor nikel senilai 295,86 dolar AS dan bahan bakar mineral senilai 271,74 dolar AS.
Besarnya kebutuhan logistik berupa barang atau komoditi serta hunian di kawasan industri pengolahan, juga berdampak pada geliat ekonomi sektor transportasi dan pergudangan, serta akomodasi dan makan minum.
Termasuk sektor pertanian yang menyuplai beragan kebutuhan komoditi pangan ke kawasan tersebut secara kontinyu. Saking besarnya kebutuhan komoditi bahkan harus disuplai dari luar wilayah Sulteng.
Tentu terbukanya lapangan kerja dan geliat perekonomian berdampak pada perputaran fiskal dalam jumlah besar. Dimana bukan saja berdampak bagi pihak investor, namun juga bagi daerah serta masyarakat (tenaga kerja) dalam meningkatkan taraf hidup mereka.
- Intinya keberadaan sektor-sektor penopang telah turut berkontribusi signifikan, terhadap pertumbuhan ekonomi Sulteng sepanjang tahun 2024. Dengan sektor industri pengolahan sebagai penopang tertinggi pertunbuhan tersebut.
Sejatinya sektor pertanian sebagai sektor penopang sekaligus sektor produktif tetap menjadi fokus perhatian dalam kinerja pembangunan ekonomi tahun 2024. Terlebih sektor pertanian merupakan basis ekononi potensial di Sulteng.
Produktif dimaksud yakni kemampuan menghasilkan sesuatu dalam jumlah besar dan maksimal. Terbukti produksi beras pada 2024 untuk konsumsi pangan sekitar 448 ribu ton. Produksi dalam jumlah besar ini, tentu memberikan nilai tambah bagi petani dan pelaku usaha, di sektor pertanian.
Pertumbuhan ekonomi yang positif karena ditopang oleh berbagai sektor, itulah tujuan dari kinerja pembangunan ekonomi. Karena menghasilkan ketenagakerjaan yang lebih banyak. Termasuk peningkatan standar hidup dan peluang usaha (bisnis) bagi pelaku usaha, maupun individu masyarakat.
Fakta terkait penyerapan tenaga kerja sudah disampaikan langsung oleh Kepala BPS Sulteng Simon Sapary dalam pemaparan terkait realisasi PDRB dan pertumbuhan ekonomi Sulteng pada triwulan III tahun 2024 di bulan November lalu.
Bahwa sepanjang periode Agustus 2023 - Februari 2024 terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 51,49 ribu orang. Sedangkan sepanjang periode Februari 2024 - Agustus 2024 terjadi penyerapan tenaga kerja sebanyak 73 ribu orang.
Adapun penyerapan tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan terbanyak di bidang pertanian 40,59 ribu orang. Bidang perdagangan 15,15 ribu orang, bidang industri pengolahan 8,45 ribu orang dan administrasi pemerintahan sebanyak 7,18 ribu orang.
Demikian capaian perekononoan Sulteng tahun 2024: yang ditandai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di triwulan III. Ada harapan agar pertumbuhan ekonomi sejalan dengan turunnya angka kemiskinan di Sulteng
Itu terjawab dari data BPS , dimana angka kemiskinan di Provinsi Sulteng periode Maret 2024 sebesar 11,77 persen atau 379,76 ribu orang. Terjadi penurunan dari tahun 2023 yakni sebesar 12,41 persen atau 395,66 ribu orang.
Memang penurunan angka kemiskinan tidak signifikan, hanya sebesar 0,6 persen atau 15,9 ribu orang. Namun setidaknya kinerja pembangunan ekonomi Sulteng tidak hanya bermuara pada pertumbuhan ekonomi dan menyerap tenaga kerja. Tapi juga meretas angka kemiskinan.
Beberapa hari lagi kita akan menutup tahun 2024. Jika secara faktual ternyata ada kontraksi ekonomi yang dihadapi masyarakat Sulteng di tahun 2024, itu realitas yang tak bisa dielakkan. Seperti hilangnya pekerjaan, berkurangnya pendapatan, dan kesulitan ekonomi.
Bahwa data pertumbuhan ekonomi secara angka-angka statistik, belum tentu seiring dengan kondisi faktual di lapangan. Biarlah ini menjadi tantangan bagi para stakeholder, terrmasuk masyarakat Sulteng. Untuk memperkuat ketahanan ekonomi di tahun yang baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H