Berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Sulteng ditopang oleh lapangan usaha industri pengolahan dengan pertumbuhan 14,77 persen. Bandingkan dengan Provinsi Suawesi Selatan yang ditopang oleh lapangan usaha jasa lainya sebesar 17,75 persen.
Sulawesi Utara pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 8,32 persen. Kemudian Sulawesi Barat pada lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, serta reparasi mobil dan sepeda motor.
Adapun Gorontalo juga pada lapangan usahar perdagangan besar dan eceran, serta reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 8,61 persen. Sementara Sulawesi Tenggara pada lapangan usaha konstruksi sebesar 23,72 persen.
Dari perbandingan tersebut terlihat bahwa, setiap provinsi punya sektor primadona terhadap pertunbuhan ekonomi di daerahnya. Adapun untuk Pulau Sulawesi, Sulteng satu-satunya daerah dimana sektor industri pengolahan tertinggi pertumbuhannya.
Kontribusi Sektor Penopang
Antara capaian PDRB dan pertumbuhan ekonomi Sulteng memang terkesan paradoks. Namun itulah realitas dari kinerja pembangunan ekonomi di Sulteng.
Pembangunan ekonomi daerah merupakan proses yang dilakukan oleh pemerintah daerah, masyarakat dan pelaku usaha (investor), untuk mengelola sumber daya yang ada. Serta menciptakan lapangan kerja, dan merangsang kegiatan ekonomi di wilayah tersebut.
Sektor industri pengolahan (hilirisasi nikel) yang menjadi penopang tertinggi pertumbuhan ekonomi Sulteng, tidak lepas dari kinerja pembangunan yang melibatkan unsur pemerintah daerah, pemerintah pusat dan investor.Â
Di mana kehadiran industri pengolahan membuka lapangan kerja yang merekrut banyak sumber daya manusia (tenaga kerja). Lewat kehadiran smelter pemurnian nikel di Kabupaten Morowali dan Morowali Utara.
Industri pengolahan juga turut merangsang kegiatan ekonomi di wilayah Sulteng. Serta mengkonsolidasikan sektor-sektor penopang pertumbuhan ekonomi. Seperti sektor pertambangan dan penggalian, konstruksi serta perdagangan.
Kebutuhan bahan mentah di industri pengolahan disiapkan oleh site tambang dan penggalian. Setelah melalui pengolahan hilirisasi, menghasilkan bahan baku siap ekspor dengan nilai perdagangan berkali lipat.