Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar dari Pengalaman Penanganan Bencana Gempa Pasigala

10 Desember 2022   20:12 Diperbarui: 11 Desember 2022   19:01 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saat terlibat sebagai relawan penanganan korban luka-luka dan penyaluran bantuan gempa Pasigala tahun 2018 lalu. Doc Pri

Seperti sudah disebutkan di atas, bantuan datang bukan saja dari stakeholder Pemerintah, namun juga Lembaga Sosial dan Organisasi Kemasyarakatan. Semua pihak ingin menyalurkan langsung bantuan ke para korban maupun penyintas gempa.

Meninjau lokasi gempa Cianjur. Doc Sekertariat Presiden
Meninjau lokasi gempa Cianjur. Doc Sekertariat Presiden

Bagi pihak penyumbang ada yang langsung menyerahkan batuan logistik di posko utama yang disiapkan Pemerintah seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) maupun Dinas Sosial. Namun ada juga yang menyerahkan bantuan langsung ke posko bantuan yang didirikan oleh penyintas.

Selama tidak ada larangan, maka bantuan dapat diserahkan kemana saja, asal dipastikan diterima oleh penyintas. Karena yang dihindari adalah terjadinya penumpukkan bantuan logistik di posko utama. Padahal penyintas sudah sangat membutuhkan bantuan sementara dari posko utama belum tersalurkan.

Namun terkadang kendala data menjadi kendala dalam penyaluran bantuan. Pihak posko utama akan ragu memberikan bantuan jika koordinator pengungsi datang meminta bantuan, tanpa disertai data yang valid. Terutama terkait jumlah anggota penyintas, serta rincian logistik yang dibutuhkan.

Pergerakan masing-masing relawan dalam menyalurkan bantuan ke penyintas bencana tentu ada plus minusnya. Plusnya, bantuan langsung sampai ke penyintas yang membutuhkan. Minusnya, penyaluran tidak akan merata, karena relawan punya keterbatasan terhadap kuantitas bantuan.

Apalagi jika ada banyak titik pengungsian, tidak menutup kemungkinan ada yang sudah berungkali menerima bantuan, dan ada yang hanya sekali menerima bantuan. Pengalaman adanya suara pengungsi yang menyuarakan belum menerima bantuan, bisa jadi karena tidak terjangkau oleh relawan.

Oleh karena itu pentingnya koordinasi bebagai elemen relawan dengan stakeholder pemerintah dalam penyaluran bantuan. Tujuannya agar mekanisme penyaluran dan update data bisa lebih valid.  Di satu sisi mapping penyaluran bantuan bisa terkoordinasi dengan baik.

Dengan koordinasi yang baik diantara relawan dan stakeholder pemerintah, maka bisa saling menutupi dan mendukung dalam penyaluran bantuan. Bisa menghindari tumpukan bantuan di posko pengungsi yang sudah berulangkali mendapat bantuan.

Jika antara relawan dan pemerintah sudah terjalin kordinasi yang baik, maka penyintas gempa juga perlu diberikan pencerahan agar tidak bertindak segregasi terhadap penyaluran bantuan. Adanya berita terkait pengrusakan atribut tenda pengungsi Cianjur merupakan hall miris yang tidak perlu terjadi.

Karena pemberian bantuan bencana adalah bagian dari misi kemanusiaan pihak relawan atau penyumbang, tanpa melihat latar belakang penerimanya. Karena itu demi kemanusiaan apalagi penyintas gempa yang membutuhkan bantuan, jangan ada pihak bertindak merugikan pihak penyintas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun