Banyaknya penyintas gempa yang membutuhkan bantuan logistik berupa bahan makanan, minuman, popok bayi, obat-obatan, tenda, terpal, tikar dan sebagainya, membuat bahan bantuan yang datang serasa tidak cukup.
Ini realitas dari pengalaman yang sudah pernah saya rasakan. Sebagai penyintas gempa saat itu, saya pun mengambil bagian sebagai relawan kemanusiaan di Palu.Â
Ada tiga tugas utama yang saat itu saya dan relawan lakukan. Yakni mengevakuasi korban jiwa, penyaluran bantuan dan pengobatan gratis.
Dari tiga tugas ini saya hanya sempat melakukan dua hal. Yakni turut melakukan penyaluran bantuan logistik serta pengobatan gratis bagi korban yang luka-luka.Â
Untuk pengobatan gratis dilakukan dengan dua skema, yakni di posko utama serta datang langsung ke tenda pengungsi dengan menyertakan dokter dan tim relawan.
Bagaimana dengan penyaluran bantuan logistik? Ini yang menjadi dilema. Begitu tahu di Posko kami ada bantuan logistik, banyak penyintas gempa yang datang langsung meminta bantuan. Terkadang bantuan sudah habis dibagikan, namun masih ada penyintas yang belum menerima bantuan.
Para penyintas pun akhirnya mencari bantuan ke posko relawan lain yang turut menyalurkan bantuan. Termasuk posko utama yang disiapkan oleh Pemerintah. Penyaluran bantuan logistik juga dilakukan langsung ke penyintas yang tersebar di berbagai tenda pengungsian
Tentu dengan memprioritaskan penyintas yang belum menerima bantuan. Namun sekali lagi dari pengalaman yang ada, sebanyak apapun bantuan yang didistribusikan ke tenda pengungsian para penyintas, tidak akan pernah cukup jika penyaluran tidak dilakukan secara terarah.
Pentingnya Koordinasi Bantuan
Satu hal yang merupakan sebuah keniscayaan saat bencana terjadi adalah, hadirnya rasa kemanusiaan untuk saling membantu. Inilah modal utama yang masih melekat kuat pada masyarakat kita.