Mohon tunggu...
Cerpen

Sekar

11 Juni 2016   11:46 Diperbarui: 11 Juni 2016   12:26 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“ Sederhana saja. Wanita itu harus cantik, anggun, sopan, dan mampu merahasiakan apapun. Itu hakikatmu!”

“ Kau pikir wanita adalah lembayung senja yang jingga merah merekah? Yang indah dan mesti dipotret oleh pikiranmu?”

“ Ya, seperti itulah wanita. Seperti lembayung senja, yang nyaris memikat semua mata. Menjadi obsesi yang sulit untuk dilupakan dan dihapuskan. Tetapi, bukan pikiranku yang memotret tetapi wanitalah yang memberikan stimulus itu.”

“ Jika wanita hanyalah lembayung senja, akankah kami hanya menjadi hiasan dari ditengah pergantian siang ke malam? Bahwa hidup sebenarnya tidak seindah itu. Tidak seindah lembayung senja.”

“ Sedikit banyak kamu akan bisa ditolong karena kecerdasanmu. Namun kecerdasan juga adalah keutamaan wanita, biar wanita indah tidak hanya milik lukisan seniman. Wanita itu mesti sehalus sutra. Menjadikan dirinya sebagai sebuah kecerdasan yang mampu melumpuhkan. Itulah kecerdasan.”

“ Bagi wanita lain barangkali kecerdasan adalah keindahan yang melumpuhkan. Menurutku itu bukanlah kecerdasan melainkan panorama yang hanya sekedar menyegarkan. Sebab kecerdasan di saat – saat tertentu tidak mesti mempertontonkan keindahan.”

Kehakikian persoalan hidup semakin membungkus aku dan wanita di hadapanku ini.

“ Aku kira kau juga sedikit banyak sudah tergerus oleh zaman. Sebab, kepribadian yang kau persembahkan ini, sangat tidak meng – Indonesia sekali. Gadis – gadis Indonesia tingkahnya tidak seperti itu”

“ Kau mungkin adalah salah satu lelaki yang terlalu lama menginspeksikan hidupmu untuk membaca kisah – kisah sejarah Indonesia di masa silam. Bahwa wanita digambarkan oleh sejarawan seperti ini dan itu. Penting untuk kau ketahui bahwa Indonesia bukan lagi seperti yang dirumuskan di dalam teks – teks kuno. Indonesia milik tiap pribadi sekarang.”

“ Apakah kau dengan sengaja menghapus kewanitaan Indonesia?”

“ Kini Indonesia tidak seperti yang dikonstruksikan di dalam teori – teorimu.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun