" Apa itu untuk yang baik, atau buruk?”
“ Menurutmu apa yang aku pikirkan hingga aku mengatakan seperti ini?”
Aku bermaksud membuat jebakan pertanyaan perisis seperti yang dia berikan untukku pada awalnya.
“ Mungkin kamu menganggapku wanita yang tidak berbudi, sopan, dan bisa jadi sedikit nakal. Karena aku perokok, mataku sayup – sayup, dan konklusimu begitu merendahkanku!”
“ Kesimpulan seperti itu terlalu lucu untuk pria seumurku, apalagi setipe aku.”
“ Bukankah penilaian seperti itu sangat menyenangkan untuk seorang pria?”
“ Tidak untuk semua pria!”
“ Dan kau berhasil membuat rumusan yang sama seperti caraku merumuskan pertanyaanku sebelumnya. Apa maksudmu?”
“ Aku hanya berharap kau memperlakukan dirimu sebagaimana hakikatnya wanita.”
“ Menurutmu seperti apa hakikat seorang wanita? Kau terlalu berani untuk berbicara seperti itu sementara kau bukan seorang wanita. Menjadi ibu rumah tangga? Itu maksudmu?”
Pandanganku bisa menembus segala penjuru demi mencari jawaban untuk pertanyaan itu. Aku demikian lebih senang lagi menelusurinya, untuk lebih tahu dari pada dia tahu tentang dirinya sendiri.