"Yao sudah seharian di perbatasan! Saya khawatir dia...."
"Chien Pao, jangan gegabah!"
"Tapi, saya harus menyelamatkan dia!"
"Shan-Yu sangat berbahaya. Kapten Shang Weng yang berpengalaman saja belum mampu menandinginya!"
"Tapi...."
Chien Pao membuang gelondongan salju yang tengah dipikulnya. Ia hendak melangkah, menuruni bukit ke perbatasan Tung Shao, menyusul Yao di zona tempur depan. Fa Mulan menghentikan langkah prajurit berbadan raksasa itu. Rasionalitas kalimat yang berdenyar di benaknya sontak menggerakkan tangannya meraih pundak bidang Yao. Ditahannya langkah prajurit raksasa itu pada satu titik di tengah hamparan salju.
Prajurit Madya berbadan besar itu berbalik dengan menahan geram yang menggemeletukkan gerahamnya. Sepasang tangannya masih mengepal ketika Fa Mulan menarik kerah seragamnya. Ditatapnya nanar sepasang mata bola yang memicing di hadapannya. Mungkin gadis itu benar. Memang sangat berbahaya bila ia turun ke bawah bukit, berhadapan langsung dengan Shan-Yu. Apalagi ia bakal dihadang ratusan ribu pasukan pemberontak Han.
"Kapten Shang Weng tidak bakal terluka parah bila Shan-Yu bukan pendekar hebat!"
"Yao...."
"Mudah-mudahan dia tidak apa-apa!"
Fa Mulan melepaskan cekalannya. Chien Po mengendur. Mundur setindak ke belakang. Ia menundukkan kepala, seperti menyesali keputusannya yang babur.