Mohon tunggu...
Effendy Wongso
Effendy Wongso Mohon Tunggu... Penulis - Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Jurnalis, fotografer, pecinta sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sumpah, Tatyana Romanov Bukan Maling!

9 Maret 2021   11:03 Diperbarui: 9 Maret 2021   11:36 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cerpen Sumpah, Tatyana Romanov Bukan Maling! (Photo by Effendy Wongso/Dok. Pribady)

"Itu bukan jalan penyelesaian yang baik," cetusnya dengan dahi mengerut.

Saya mengangguk getas.

"Kamu tidak berusaha mencegahnya, Win?"

"Sudah berulang kali. Tapi...."

"Kalau menurut Kakak sih, dia sudah berada dalam kondisi yang sangat labil." Kak Riani menyalibi jawaban saya. Diteguknya lemon tea yang barusan ditaruh di atas meja oleh Riana sebelum masuk ke dalam rumah untuk meneruskan menonton acara drama Korea Full House di Anteve. Dia menawari saya minum. Tapi perhatian saya lebih tersita ke pasal Tatyana.

"Maksud Kakak?"

Dia meletakkan cangkir tehnya. "Pada saat kritis seperti itu, Tatyana seharusnya mendapat perhatian yang lebih bersifat irasional ketimbang rasional. Maksudnya, pengarahan dilakukan secara persuasif, dan bukan menghakimi seperti memaki-maki, terlebih-lebih mempermalukan karena melihat konteks kronologis pada saat kejadian."

"Nyatanya...."

"Itulah, Win." Kak Riani menyalib, tampaknya sudah tahu kalimat apa yang hendak saya lontarkan. "Banyak dari kita belum tahu apa sebetulnya kleptomania itu. Akibatnya, kita main hakim sendiri. Padahal, sebetulnya si Kleptomania itu sendiri tidak menyadari kalau sedang melakukan hal-hal yang dianggap perbuatan memalukan dan kriminal."

"Sebenarnya kleptomania itu apa sih, Kak?" tanya saya serius.

"Sebetulnya kleptomania itu merupakan kelainan jiwa. Tapi, perlu kamu ingat kalau kelainan ini tidak tergolong dalam perilaku egosentris dan antisosial. Anu, itu lho... sebangsa orang yang suka ketawa-ketiwi sendiri." Kak Riani tertawa dengan mimik jenaka, berusaha meringankan suasana. "Jadi, bukan orang gila."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun