"Tya bukan pencuri!"
"Apa bedanya kalau hampir setiap minggu Papa mendapat panggilan dan teguran dari, nyaris semua swalayan di kota ini!"
"Pa, Tya anak kita! Dia bukan pencuri!" jerit Mama serak dengan suara paruh tangisnya.
Tatyana belum bergeming dari jok mobil. Kepalanya tertekuk lunglai ke dada. Rasa-rasanya dia ingin berteriak. Biar seisi dunia tahu kalau dia bukan pencuri seperti tuduhan semua orang. Mengapa semua orang menuduhnya pencuri?! Sekarang, bahkan Papa sendiri pun sudah menganggapnya pencuri!
***
Tatyana Romanov
"Saya ibarat penderita kusta. Dijauhi, dimusuhi...."
"Mereka tidak bermaksud begitu...." Edwin menyela, berdiri dari duduknya di bangku kantin sekolah.
Saya menggigit bibir keras, menahan tangis yang hendak menyeruak.
"Bahkan, Papa mempermalukan saya di hadapan orang banyak...," urai saya parau. Sungguh, saya sakit hati dan sedih ketika mengingat kejadian kemarin siang. Papa menampar pipi saya. Lalu memaki-maki saya pencuri di hadapan pembelanja swalayan.
"Ta-tapi...." Edwin kembali duduk di samping saya. Keningnya berkerut.