Mohon tunggu...
Efatha F Borromeu Duarte
Efatha F Borromeu Duarte Mohon Tunggu... Dosen - @Malleumiustitiaeinsitute

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Indonesia 2045, Apakah Kita Masih Numpang Revolusi Teknologi?

16 September 2024   09:39 Diperbarui: 19 September 2024   07:42 2992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi kita terus begini, di masa depan, serangan siber bukan hanya akan mengincar rekening bank kita, tetapi juga kedaulatan kita sebagai negara. Dan ketika saat itu datang, jangan kaget jika kita hanya bisa menyaksikan layar hitam di ponsel kita, tak berdaya di tengah gempuran dunia maya.

Pusat Inovasi atau Kuburan Startup?

Dengan populasi lebih dari 275 juta jiwa, kita adalah pasar yang besar. Tapi pasar besar saja tidak cukup. Populasi muda kita yang besar seharusnya bisa menjadi katalis bagi inovasi, jika saja mereka diberi ruang dan modal yang cukup.

Saat ini, Jakarta adalah kota penuh mimpi, tetapi mimpi saja tidak cukup untuk menyaingi Silicon Valley. Kita perlu ekosistem yang mendukung, akses modal yang mudah, dan kebijakan yang mempermudah para inovator untuk menciptakan sesuatu yang benar-benar baru.

Tapi lihatlah realitanya: sementara Singapura menciptakan unicorn dari ide-ide kecil yang berani, kita masih sibuk mengurusi birokrasi startup yang membingungkan.

Pemerintah sepertinya lebih senang memajang startup di acara-acara besar, tapi lupa bahwa setelah acara selesai, para inovator ini ditinggal tanpa modal, tanpa dukungan, tanpa harapan.

Jika kita terus begini, Jakarta 2045 tidak akan pernah menjadi Silicon Valley Asia Tenggara. Kita akan menjadi kuburan bagi ide-ide besar yang mati sebelum sempat hidup.

Masa Depan, Beranikah?

Jadi, apa yang akan kita lakukan, Indonesia? Apakah kita akan terus menjadi negara yang hanya mengeluh tentang kurangnya teknologi, tetapi tak pernah benar-benar berbuat? Atau apakah kita akan berani mengambil langkah yang nyata langkah yang penuh resiko tetapi juga penuh janji?

Tahun 2045, kita akan merayakan seratus tahun kemerdekaan. Pertanyaannya adalah: kemerdekaan seperti apa yang akan kita rayakan? Apakah kita akan menjadi bangsa yang mandiri, dengan teknologi yang kita kembangkan sendiri, atau kita akan tetap menjadi bangsa yang bergantung pada teknologi yang datang dari negara lain?

Di luar sana, Amerika Serikat dan Tiongkok sudah bertarung di medan perang teknologi. Mereka tidak menunggu kita. Dunia tidak peduli apakah kita siap atau tidak. Dunia akan terus bergerak maju, meninggalkan siapa saja yang tidak mampu mengikuti.

Tapi satu hal yang pasti: jika kita tidak bertindak sekarang, masa depan yang kita impikan hanya akan menjadi catatan kaki dalam sejarah, tulisan kecil yang mengatakan: Indonesia pernah berharap, tapi gagal merebut peluang.

Jadi, Indonesia, apakah kita siap?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun