Mohon tunggu...
Edy Supriatna Syafei
Edy Supriatna Syafei Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Tukang Tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Perempuan Pontianak Ngidam Kereta Api Hitam

1 Oktober 2018   19:55 Diperbarui: 1 Oktober 2018   20:15 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malahan, katanya, di Jawa akan dibangun kereta api cepat. Nah, di Pontianak, jangankan lihat kereta apinya. Untuk melihat relnya saja tidak ada. Sungguh, ini pembangunan yang amat berat sebelah. Bisa jadi pemerintah berfikir negeri ini hanya Pulau Jawa doang. Otak pemimpin kemana larinya.

Jadi, pembangunan infrastruktur hanya untuk Jawa saja. Mentang-mentang warganya banyak. Kalau Pilpres suaranya banyak. Jadi, mungkin itu sebabnya siang-malam yang menyebabkan tak bisa tidur. Barang kali dorongan cabang banyi, pingin melihat kereta api hitam. Dengan suatu harapan, ke depan, pembangunan transportasi kereta api dapat terwujud di Kalimantan, pulau terbesar kedua setelah Papua.

Pembangunan infrastuktur bermacam-macam. Jalan raya, bandara, pembangunan perumahan dan kerata api. Biayanya, ya mahal. Pontianak harus dapat bagian. Bukan memberi bagian kepada koruptur. Lihat ketika koruptor bekerja, bangunanya banyak yang mangkrak. Abang kalau mau lihat itu, bisa lihat di kawasan Ambalang, Bogor sana.

Al Somad manggut-menggut seperti kerbau dicucuk hidungnya. Ia mengiyakan cerita istrinya yang kali ini terlihat tidak lagi merasa sebel dengan dirinya.

**

Salmah menangis menyaksikan kereta api wara-wiri di Stasion Kereta Api Gambir Jakarta. Menangis bukan lantaran gembira melihat kereta api kali pertama dalam hidupnya. Selama ini ia melihat kereta api paling-paling lewat film di layar kaca, melalui WAG dari teman-temannya. Atau gembar di buku sekolahan kala masih kecil.

Salmah kecewa meski yang ia saksikan kereta api, tapi bukan kereta api yang diinginkan. Ia hanya ingin melihat bagian kepala kereta api berwarna hitam pekat.

"Abang salah. Kereta apinya berwarna hitam," kata Salmah yang disambut jidat berkeringat Al Somad.

Somad tak habis pikir. Kereta macam mana lagi. Semua kereta dari berbagai jurusan sudah dilihatnya di stasiun kereta api ini. Namun ia pun tak putus asa. Ada petugas KA yang berdiri seorang diri, lalu didekati dan diajak ngobrol sambil menanyakan tentang kepala kereta api hitam. Kereta macam apa itu?

"Hahahaha," si petugas tertawa keras kala ditanyai tentang kereta berkepala hitam.

"Itu namanya lokomotif. Kalau mau lihat, bapak bisa pergi ke Ambarawa. Di sana ada museum KA?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun