Karena itu, Bang Nasir tak malu-malu pergi ke berbagai instansi menjumpai rekan-rekannya. Ia bertanya, kali-kali ada lowongan kerja yang sesuai untuk puterinya, Bunga Wati, yang baru menikah dengan rekannya sekantor.
Dengan membawa map besar, berkas yang menyangkut riwayat hidup Bunga Wati dibawa dan diceritakan kepada rekan-rekannya. Bang Nasir nampak sedih. Lebih sedih lagi ia memikirkan ke depannya, bagaimana ia harus menghidupi cucunya bila puterinya nanti melahirkan.
"Sampai sebegitunya. Semua saya pikirkan meski sadar bahwa rejeki itu sesungguhnya ada pada tangan Tuhan," ungkap Nasir kepada rekan-rekannya.
***
Janda yang kutunggu akhirnya datang juga. Demikian ungkapan Bang Inang yang bekerja di salah satu kementerian kepada rekan sekantornya. Inang memang sudah lama mengincar Rosa, janda beranak dua yang diceraikan suami yang tidak dikenalnya itu.
Rosa meski janda, ia kerap jadi bahan pembicaraan banyak orang. Ia memang selalu tampil menarik dan cantik. Sopan pula. Inang sangat mengidamkan menjadikan Rosa sebagai pasangan hidupnya, meski janda sekalipun.
Inang punya pembawaan kalem. Sopan dan cerdas sudah jelas ada pada pria lajang berperawakan kecil itu. Lantaran terlalu kalemnya, jelas saja  ia selalu saja gagal melakukan pendekatan alias pe de ka te dengan perempuan idamannya itu. Di sisi lain, Rosa diam-diam sudah menjalin "komunikasi" dengan atasannya. Sebut saja Juraedi yang berpendidikan calon doktor.
Inang mendapati fakta seperti itu, lalu merasa lemas. Layu seperti ayam sayur. Kalah bertarung sebelum perang. Dalam hati, Inang tetap berdoa semoga keberuntungan tetap ada padanya. Setiap shalat Jumat, tetap saja mengadahkan tangan berdoa kepada Yang Maha Kuasa untuk dicepatkan mendapatkan jodo dengan Rosa.
Doa paling mustajab adalah ketika shalat Jumat di antara khotib membacakan doa. Termasuk pada malam hari, shalat sunah malam hari. Inang pun tak malu menyampaikan keinginannya menikah dengan Rosa kepada orang tuanya meski belum pernah menyatakan maksud tersebut kepada wanita yang diharapkan sebagai istrinya.
Kepada Rosa, sepatah kata cinta belum pernah diutarakan. Tapi, kepada ibunya ia seolah sudah merasa yakin bahwa Rosa akan menjadi miliknya, sebagai isteri paling setia di hari mendatang.
Doa Inang dikabulkan Tuhan. Juraedi "mundur" teratur. Sang atasan gagal menjadikan sang janda Rosa sebagai isteri "siri" keempat. Dan, bermodal nekat, ia berhasil membuka komunikasi dengan Rosa. Selama sebulan komunikasi lalu berujung pada perkenalan kepada orang tua. Lantas disusul dengan lamaran.