Sangat disayangkan, ketika pasangan ini rebut tak satu pun rekan-rekannya mendekat. Jangankan rekan junior, barangkali semut yang melintas cuma mendecak kagum menyaksikan dua insan berlainan jenis dan resmi diikat dalam pernikahan tengah memperagakan kekerasan terhadap isterinya sendiri.
"Malam dibutuhkan dan dipakai, di kantor dicaci maki dan dipukuli pula. Manusia macam apa?" hanya itu kalimat yang sering penulis dengar dari keluhan dari rekan-rekan jurnalis junior saat itu.
Sayang disayangkan pula, saat "perang" memuncak di ruang redaksi, tak satu pun pejabat turun tangan. Seolah sudah maklum kala mendengar Jambrut melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).Â
Katanya, si Jambrut memang punya penyakit. Lagi-lagi, kenapa dokter kantor tak turun tangan jika memang yang bersangkutan mengidap penyakit?
"Wah, nyebelin kalau lihat mereka 'bertarung' di ruang redaksi. Sampai kacak pinggang di atas meja pula," ungkap salah seorang rekan. Itu dulu, sekarang orangnya sudah pensiun sih.
***
Bang Nasir terlihat murung seusai menggelar acara resepsi pernikahan puterinya. Ia menikahkan puterinya, Bunga Wati dengan Jaka Lelono, yang juga merupakan rekan puterinya itu satu kantor di salah satu bank BUMN.
Apa yang menyebabkan Bang Nasir murung. Tak lain ia harus mengikhlaskan puterinya keluar dari kerjanya. Sebab, bank berpelat merah itu punya aturan bahwa suami-isteri dilarang kerja dalam satu kantor.
Awalnya tidak ada persoalan Bunga Wati keluar dari kerjanya. Tetapi di hari kemudian djumpai persoalan baru, Bunga punya jabatan penting kala bekerja dan kini menganggur mengaku merasa hambar hidupnya. Sebab, ia memiliki cukup pendidikan dan keahlian. Sangat disayangkan ilmunya jadi mubazir.
Terlebih lagi ia sebelumnya menjadi "tulang punggung" keluarga. Setelah nikah, gaji sang suami yang tak punya jabatan dan hanya staf biasa itu, tentu saja membuat repot ekonomi keluarga. Mau tak mau Bunga harus mencari kerjaan baru meski harus merangkak dari bawah lagi.
Cuma sayangnya, untuk mendapatkan pekerjaan tak semudah yang dipikirkan kala ia masih berstatus pacaran di kantor. Keputusan menikah dengan rekan sekantor lalu menuai kesulitan ekonomi bagi anggota keluarga.