Mohon tunggu...
Edward Theodorus
Edward Theodorus Mohon Tunggu... Dosen - Dosen psikologi di Universitas Sanata Dharma

Warga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Bujang Lapuk, Sang Primadona, dan Dua Anting-anting

19 Maret 2023   09:44 Diperbarui: 19 Maret 2023   09:46 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: https://www.meetmindful.com/tinder-online-dating-app-satisfies-some-silly-urges/

Yah, Joe berpendapat, saat ini memang perempuan punya banyak pilihan. Mereka bisa memutuskan menikah atau tidak menikah, mau punya anak atau child-free. Mereka bisa secara sadar memutuskan untuk mengandung tanpa terikat lembaga pernikahan. Joe memiliki seorang teman perempuan seumurannya yang sejak muda sudah memutuskan tidak akan menikah. Dia menganggap pernikahan itu akan membelenggu dirinya sehingga dia tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Saat ini dia memang terlihat baik-baik saja dan bahagia tinggal sendirian di rumah miliknya sendiri.

Di Jepang, banyak perempuan yang tidak mau menikah karena tidak bersedia ditindas oleh suami. Di sana memang budayanya memandang kedudukan suami lebih tinggi daripada istri. Istri harus patuh pada suami. Tampaknya banyak wanita Jepang yang tidak sudi. Jadilah negara itu kekurangan angka kelahiran dan laki-lakinya cenderung sulit mendapatkan pasangan.

Ini Indonesia, bukan Jepang. Tetapi mengapa aku sulit mendapatkan pasangan?! Protes Joe. Dia merasa skeptis apakah akan mampu mendapatkan jodoh di usianya saat ini. Lewat dunia maya saja tidak berhasil, apalagi di dunia nyata?

***

Pulang dari kantor, Joe mampir ke supermarket. Dia perlu membeli susu dan popok untuk bayinya yang berusia delapan bulan.

Sambil mendorong troli, dia mengeluh dalam hati mengapa dirinya mau terjebak di dunia pernikahan. Lelah sekali rasanya. Sulit sekali tidur nyenyak di malam hari karena si bayi selalu rewel. Entah sudah berapa lama juga dia tidak berhubungan badan dengan istrinya. Padahal dorongan itu terasa kuat sekali setiap hari.

Langkah Joe terhenti di depan rak susu. Lalu dia teringat lagi bahwa dulu dia hampir putus asa untuk mendapatkan jodoh. Tak disangka-sangka, temannya mempertemukannya dengan Ayu. Perempuan itu cerdas, punya ambisi yang bermakna, ramah terhadap kebanyakan orang dengan berbagai latar belakang, dan pikirannya terbuka untuk mempelajari hal-hal baru. Berbagai kualitas yang disukai oleh Joe dalam diri perempuan. Tak lama waktu yang diperlukan sampai mereka menikah dan sekarang punya anak pertama.

Joe mengambil dua kotak susu dari rak dan menaruhnya ke keranjang belanjaan. Terlintas pertanyaan di benaknya, apakah dia merasa terbelenggu dalam pernikahan ini, dan apakah dia menindas istrinya. Tidak, jawabnya sendiri, aku tidak merasa dibelenggu maupun menindas. Aku bahagia di pernikahan ini, dan kurasa Ayu juga, pikirnya.

Terbayang lagi saat-saat Joe memperkenalkan Ayu ke teman-teman dan keluarga besarnya. Semua terlalu bersemangat menyelamati pasangan itu dan memuntahkan berbagai lelucon tentang nasib Joe sebagai bujang lapuk sebelum pacaran dengan Ayu. Perempuan sialan namun baik hati itu hanya tersenyum dan sesekali cekikikan, menikmati penderitaan pasangannya. Pada hari pernikahan, tamu dari kedua belah pihak pengantin terlihat bersuka ria dan menikmati hidangan. Karier Ayu sebagai akuntan perusahaan dan Joe sebagai pegawai negeri semakin meningkat seiring waktu karena mereka saling mendukung.

Joe mendorong keranjang belanjaannya. Hanya saja, katanya dalam hatinya, Ayu itu tidak secantik si .... Joe tercekat menyebutkan nama itu. Nama Sang Primadona. Jika saja ia bersama sang primadona, tentunya hidup mereka akan lebih bahagia. Mereka akan menjelajah berbagai daerah di Indonesia dan berbagai belahan dunia. Mereka akan bercinta setiap malam. June, dengan wajah dan tubuh yang seperti itu, bayang Joe.

Lelaki itu berhenti di rak popok. Diangkutnya beberapa popok dengan kemasan yang lumayan besar, sehingga ia terlihat seperti sedang memeluk pohon. Belum sempat ia meletakkan gerombolan popok itu ke keranjang, matanya tertuju pada sesuatu di tempat yang agak jauh letaknya dari posisinya saat ini. Jantungnya mendadak berdegup kencang. Mulutnya agak membuka, dan matanya sedikit melotot.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun