Mohon tunggu...
Edward Theodorus
Edward Theodorus Mohon Tunggu... Dosen - Dosen psikologi di Universitas Sanata Dharma

Warga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Bujang Lapuk, Sang Primadona, dan Dua Anting-anting

19 Maret 2023   09:44 Diperbarui: 19 Maret 2023   09:46 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: https://www.meetmindful.com/tinder-online-dating-app-satisfies-some-silly-urges/

Tuhanku, primadona ini cantik sekali penampakannya di dunia maya, pikir Joe.

Acara terus berlangsung. June menyanyikan lagu-lagu yang dipesan lewat kolom komentar. Nyanyiannya terkadang diselingi komentar lisan menanggapi hadirin.

Tuhanku, suara sang primadona ini merdu sekali. Mengapa dia belum jadi selebrita penyanyi terkenal, Joe bertanya-tanya.

Di ruang maya itu, selain live show dan saling balas komentar, terdapat juga fasilitas permainan daring dan pemberian hadiah atau saweran untuk pemandu acara. Joe mencari tahu cara memberikan saweran kepada June. Dengan sedikit kebingungan karena baru pertama kali menggunakan ruang maya ini, Joe akhirnya mampu memberikan saweran daring.

Kembali, June tersenyum ringan setelah mengetahui saweran Joe telah masuk ke rekeningnya. Senyum yang tak ternilai harganya bagi Joe. Lesung pipi June tampak jelas. Tampilannya seperti Monalisa saja, nilai Joe. Hanya saja, raut mukanya berwarna kecantikan Indonesia, bukan Eropa. Dan, Joe sedikit memicingkan mata agar melihat lebih jelas, setiap kupingnya bertindik empat buah. Ya, dia mengenakan delapan buah anting-anting.

Joe mengamati pertunjukan maya itu sampai berakhir jam sebelas malam. Ternyata begini kaum muda zaman sekarang mencari hiburan dan penghasilan, Joe menarik kesimpulan. Jika diperhatikan, komentar-komentar para lelaki di acara June itu tidak ada yang memperlihatkan bahwa mereka mengetahui kegiatan June di dunia nyata. Hanya Joe yang memiliki pengetahuan tentang keseharian June. Hari ini dia bermain badminton, dan hanya aku yang mengetahui itu di antara para lelaki mesum di acara ini, Joe membatin dengan bangga.

Dia merebahkan diri di tempat tidur lalu memeriksa pesan-pesan di telepon genggamnya. Tidak ada pesan atau info yang penting. Joe memejamkan mata dan tertidur lelap. Malam ini terasa sangat menghibur sekaligus melelahkan. Jika orang memandang Joe saat tidur malam ini, maka mereka akan menemukan bahwa wajahnya berekspresi mesam-mesem dengan mata terpejam. Layaknya baru saja memenangkan lotre satu miliar.    

***

Di kantor, Joe berkali-kali melihat jam. Waktu makan siang terasa datang lama sekali. Pukul 12 tepat, Joe bergegas ke warteg langganannya. Dia memesan nasi sayur telur dadar, minumnya es teh. Saatnya membuka perangkat lunak kencan.

"Penampilanmu tadi malam keren sekali June," ketiknya.

Tak lama kemudian muncul pesan balasan, "Makasih, Mas. Lagi makan siang ya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun