Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Mati (14. Kota Dunia Tinggi)

30 Januari 2022   21:31 Diperbarui: 30 Januari 2022   21:37 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku masih tidak bertanya, mengapa Kemala dan Dewi tidak ikut bersama?. Sedang pembicaraan kami masih hanya seputar kesibukannya sehari-hari saat berada dikota tersebut. Dengan bawaannya yang tergolong parlente, kuduga tentu Fithar berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Ia mengatakan bahwa waktunya telah terjadwal secara harian, mingguan bahkan bulanan. Kerjaannya menunggu perintah tuannya untuk menemani siapa saja yang dimintanya harus dijamu dengan baik. Aku berfikir ada kemiripan dengan pekerjaanku sebelumnya.Fikirku, wajar Fithar selalu membuat setiap tamunya merasa nyaman.

 Tanpa terasa. Sajian hidangan didepan kami sudah habis kami santap. Pemandangan disekeliling restoran sangat indah. Kota ini seperti berada di tengah samudra luas yang indah membiru. Atap-atap rumah sepanjang jalan berbentuk kubah-kubah biru laut tua mendominasi. Tampak kontras dengan bangunan yang rata-rata bercat putih bersih. Sekilas memang terlihat seperti lukisan alam yang indah. Pemandangannya menjadi sangat kontras diantara putihnya bangunan berbentuk kubus sejauh mata memandang. Semuanya nampak indah karena lanskap kota itu berada diatas pulau karang. Menjulang kelangit tinggi yang dikelilingi samudra luas membiru.  Tidak jarang terlihat awan putih seperti menggumpal-gumpal menyembunyikan bangunan diatas bukit yang lebih tinggi.

"Kita menuju kesana!" telunjuk Fithar mengarahkan telunjuknya kebukit tertinggi. Aku tidak bisa melihat sempurna karena beberapa bagian kota indah diatas sana seperti tersapu kabut putih bersih.

"Akan kemana kita, Fithar?"Ada kejutan khusus buatmu nanti dan tunggu saja saat kita sampai ditempatnya. Aku seperti kerbau yang di cucuk hidungnya tanpa bisa membantah sedikitpun. Dilain sisi, aku rasanya tersirap dengan keindahan kota yang membuatku selalu penasaran untuk tahu lebih dalam lagi. Bunga di taman-taman kota sedang bermekaran. Warna merah, ungu dan kuning membuat pandangan kota yang berkontur bukit karang ini sangat asri dan tidak membosankan.

Kami berhenti sejenak.Disebuah taman kota dengan beberapa hiasan patung artistik angsa putih dengan tanaman bunga beraneka warna disekelilingnya. Ramai terlihat anak-anak sekadar bermain air mancur yang dibuat khusus untuk mereka. 

Kejar-kejaran antar mereka tidak terhindarkan karena mengejar dan menghindar dari semburan air yang kadang hidup dan mati membuat suasana taman riuh rendah oleh teriakan anak-anak tersebut.  Fithar mengambil waktu beristirahat sejenak dengan duduk di bangku taman. Aku beranjak mengelilingi taman yang tidak terlalu besar tersebut. Justru dari titik taman itu ada pemandangan tak terhingganya. Salah satu sisi taman menghadap samudra biru. Aku berjalan mengarah ke kerumunan orang yang bersantai sambil menikmati pemandangan birunya lautan.

Dunia yang sungguh berbeda dari yang sehari-hari aku tinggalli sebelumnya. Aku merasa asing. Ditengah kesendirian dan kerumunan orang ramai tersebut. Aku melihat dan kuyakini sesosok pemuda adalah adik laki-lakiku satu-satunya dan belum kembali di kampung sampai dengan saat ini. Emak menunggu siang malam agar ia dan ayahku segera kembali. Aku segera berusaha mendekatinya

"Udde[1]....Udde...!"Kupanggil dengan keras adikku seperti yang biasa kupanggil Ia terlihat santai lagi menikmati pemandangan laut yang membiru. Tiada respon yang kudapat. Aku berusaha mendekat sedekat mungkin agar bisa menyentuhnya. Bukan main girangnya hatiku. Kerinduanku sama dengan emak yang telah lama tidak bersua dengannya.

 

"Udde...aku Angah[2]...Dewa Kelana" kusalami tangannya langsung tanpa meminta persetujuan darinya terlebih dahulu. Aku sangat yakin orang yang kutemui ini adalah anak lelaki emak yang belum kembali. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun