Ketenarannya sudah tiba di puncak setelah keberadaannya ditetapkan sebagai kampung adat popular dalam ajang bergengsi Anugerah Pesona Indonesia pada tahun 2020.
Masuk dalam tiga besar bersama dua kampung adat lainnya : Kampung Adat Namata, Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur dan Kampung Sarugo, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.
Perkenalkan, Dusun Pelang Kenidai, Pagar Alam. Desa penuh histori yang masih banyak terdapat bangunan tua itu menyingkirkan ratusan kampung adat lainnya di Indonesia.
Dalam lomba kepariwisataan terbaik dan terbesar di Indonesia, Pelang Kenidai menjadi nomer wahid. Namanyanya pun menjulang bak roket dan semakin beken.
Penasaran dengan kemasyurannya?
Ya, rasa ingin tahu mendalam itu mesti hendak segera dituntaskan. Makanya, saya pun langsung mudik kembali saat mendapat kabar bahwa Desa Pelang Kenidai mendapatkan anugerah yang sangat membanggakan itu.
Sengaja berangkat dari Jakarta, langsung menuju kota kecil luar biasa yang pernah melahirkan belasan Jenderal. Sebelumnya memang sudah sering ke Pagar Alam, namun belum sama sekali singgah di dusun yang dikenal dengan warganya yang santun ini.
Ditemani penduduk asli Pagar Alam, kali pertama bertandang melihat - lihat banyak rumah panggung unik terbuat dari kayu ini sungguh mengagumkan. Berjalan menelusuri desa dan menyapa warga setempat yang sebagian besar berprofesi sebagai petani kopi.
Berbincang tentang Dusun Pelang Kenidai tak lepas dari sejarah si Pahit Lidah, julukan yang disematkan kepada Serunting, seorang pangeran yang berasal dari Sumatera Selatan.
Serunting diyakani merupakan anak dari seorang raksasa yang bernama Putri Tenggang. Sang pangeran memiliki ilmu gaib mampu mengutuk tanaman dan orang-orang yang dijumpainya. Jika dia sedang iri dengan manusia, mereka akan disumpahi menjadi batu keras. Makanya Serunting sendiri kerap dijuluki si Pahit Lidah.
Seiring waktu, Serunting merasa perlu untuk bertaubat. Ia sadarkan diri bahwa perbuatan menyumpah yang sering ia lakukan adalah sebuah tindakan yang sangat tak terpuji dan merugikan.