"Tapi apa! tapi kerjaan ini ghak bisa ditunda, lantas aku kecapean dan tidak sengaja ketiduran di kantor dan blablablablaaa" diam menarik nafas panjang.
"Aku capek mas, terserahlah, kamu mau pulang atau tidak, aku sudah tak peduli,"
 "Masa bodoh!" teriaknya penuh emosi.
Dhe mematikan telepon genggamnya, menghela nafas panjang. Tatap matanya lurus tertuju ke meja makan yang di atasnya sudah tersaji beberapa makanan hasil masakannya tadi sore.
 Sengaja sore tadi dia memasak makanan spesial kesukaan Rian suaminya, Ayam panggang dan sayur lodeh, berharap bila Rian datang akan senang menikmati masakannya, berharap senyum dan pujian hinggap diantara lelahnya, namun kenyataan yang ada semua tak seperti yang dia harapkan, dan terulang lagi seperti hari-hari kemarin. Rian suaminya tak jelas mau pulang ke rumah atau tidak. Tak jelas penantian ini akan menemaninya sampai kapan.
"Huufff bosan aku dengan semua ini"
"Ya Allah harus bagaimana aku menghadapi, haruskah aku diam saja diperlakukan seperti ini" keluhnya.
"Pernikahanku belum juga genap enam bulan, apa yang harus aku perbuat dengan keadaan ini ya Tuhanku" keluhnya lagi, perlahan ditariknya nafas dalam-dalam. Berharap beban itu ikut sirna bersama hembusannya.
"Sudah tak kuasa aku rasanya" lanjutnya bersama mengalirnya sebutir airmata terjatuh di pipinya yang putih.
Sudah beberapa bulan terakhir ini Rian suaminya selalu beralasan untuk tidak pulang seperti biasanya. Urusan kantorlah, harus ke luar kotalah dan seribu alasan yang lain, bahkan sebulan terakhir ini Rian tak pernah mau menyentuh masakannya seperti dulu, jangankan menyentuh melihat saja enggan. So, yang lebih parah lagi menyentuh dirinya sebagai seorang istri saja bisa dibilang NGGAK PERNAH.
Rian sebenarnya sosok pria ideal, bertubuh atletis, tampan meski agak sedikit hitam, punya karier yang bagus di sebuah perusahaan property, dan juga seorang dosen muda di universitas yang menjadi almamaternya dulu. Dosen yang mampu merenggut hatinya kala itu, yang mampu pula membuatnya meninggalkan Faisal kekasih yang tak pernah bisa memberinya kepastian tentang masa depan.