"Praptiwi itu cinta hebat sama kamu. Ia kesengsem. Ia kasmaran! Aku tahu itu. Ada hansip di rumah depan rumah Si Mbah yang bilang kau ciuman dengan Bu Lurah di pagi buta itu. Ia juga menyerah dalam pelukanmu. Kalau ia tak cinta kamu, mana bisa ia luluh begitu," kata Candi.
"Terus?"
"Ya nggak ada terusannya. Gitu aja, aku Cuma ingin tahu apa kamu juga suka dia?"
Rio menggaruk kepala. "Aku......gimana ya?"
"Bilang aja kau juga suka dia, repot amat!" kata Candi berubah ketus. Rio tak menyahut. Tak jelas kenapa Candi tiba-tiba membahas soal hubungan khususnya dengan Praptiwi dengan nada ketus.
"Jadi benar-benar kau mau nulis cerita kayak gitu? Nggak ada nilai beritanya, tahu!" kata Rio.
"Buat aku itu ada nilai beritanya......" kata Candi tersenyum, "he he he.....jangan kuatir. Aku cuma bercanda, kok. Aku nggak nulis cerita begituan," Candi mengeluarkan dua helai tiket pesawat dari tasnya.
"Ini tiket pesawat ke Lombok, dan liburan ditanggung Tajuk Zaman. Satu atas nama aku, satunya atas nama kamu. Berangkat nanti jam 3, pulang seminggu lagi. Siap-siap, kita jalan bareng, oke?"
Rio diam sesaat dan mengamati tiket itu. "Berlibur sama kamu? Berdua saja? Kenapa kamu pikir aku mau?" tanya Rio,
Candi berdiri mendekati Rio. "Karena aku tahu kamu suka perempuan lebih tua," kata Candi. Rio mengernyitkan dahi. Apa pula maksudnya ini.
Ia baru sadar pastinya Candi lebih tua beberapa tahun daripada Rio.