2)Sedih
a)Tidak ada jawaban, Ibu hanya tersenyum tanpa mengalihkan tatapannya dari Bapak. Tanpa sadar, air mata jatuh membasahi pelupuk mata Ibu. Rasanya begitu menyakitkan. Sesak sekali hatinya. Ibu sangat menyayangi Bapak melebihi apa pun. (hal 16)
b)Hingga tanpa sadar, air mata jatuh begitu saja, Ibu merasakan perasaan sakit yang entah di mana rasa itu singgah. Bahkan Ibu sendiri pun kewalahan menahan sakitnya, sampai membuat kening anak-anak ikut basah karena air mata yang terus jatuh tanpa henti. (hal 36)
c)Helaan napas panjang yang terkesan berat, menjadi reaksi Bapak setelah mendengar kalimat itu. Hanya rasa sakit yang bisa Bapak rasakan sekarang. Bapak tidak sanggup membayangkan kemungkinan-kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi pada Ibu. (hal 58)
d)"Ibu, ini Mas. Mas mau bantu Ibu minum obat." Untuk ketiga kalinya laki-laki berumur 17 tahun itu mengusap lembut wajah sang Ibu, berharap mata yang terpejam itu perlahan terbuka seperti biasa. Tapi justru yang ada Khalid malah terlihat semakin panik, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat menyadari kalau ternyata Ibu tidak lagi menarik dan membuang napasnya. (hal 61)
e)"Nadi, Esa, Dipa, Windu, dan Simbah, sudah lebih dulu dipanggil Tuhan."
Air matanya kembali jatuh. Dewangga masih belum bisa menerima semuanya, Dewangga ingin berteriak sekecang mungkin dan memberitahu pada Tuhan kalau ia tidak terima. Dewangga tidak mau dipisahkan dengan cara seperti ini. (hal 310)
f)"LAUTT!!! JANGAN SEMBUNYIKAN APTA TERLALU LAMA!"
"KAMU SUDAH AMBIL SEMUANYA YANG AKU PUNYA!
"SERAKAH KALAU KAMU NGGAK MAU KEMBALIKAN APTA PADA AKU, DEWA DAN BAPAK!"
Bapak berlari saat itu juga begitu menyadari kalau tubuh Khalid mulai terlihat lemas. Suaranya habis.